Kue Ulang Tahun Ibu **

** Aroma kayu manis dan vanili memenuhi ruang tamu. Ibu sibuk mengaduk adonan kue ulang tahunnya, senyum tipis menghiasi wajahnya. Kue itu, seperti biasa, berbentuk bulat sempurna, dengan lilin-lilin berwarna-warni yang siap dinyalakan. Aku duduk di sofa, mengamati Ibu dengan penuh kekaguman. Setiap gerakannya begitu lembut, penuh kasih sayang. Setiap kali Ibu mengaduk adonan, aku teringat masa kecilku. Saat Ibu membuat kue ulang tahunku, aku selalu bersemangat menunggu kue itu matang. "Nak, bantu Ibu menata meja makan, ya," pinta Ibu, suaranya lembut. Aku bangkit dari sofa, membantu Ibu menata meja makan. Meja itu dihiasi dengan taplak meja bermotif bunga-bunga, dan di tengahnya terhampar kue ulang tahun Ibu yang sudah siap. "Ibu, kue ini cantik sekali," kataku, memuji Ibu. Ibu tersenyum, "Terima kasih, Nak. Ibu senang kamu suka." Saat lilin-lilin dinyalakan, ruangan dipenuhi cahaya hangat. Aku melihat Ibu, matanya berbinar-binar, penuh kebahagiaan. "Buatlah permintaan, Ibu," kataku. Ibu tersenyum, "Aku sudah punya banyak permintaan, Nak. Yang terpenting, aku ingin selalu bersama keluarga tercinta." Aku memeluk Ibu erat-erat. Aku tahu, Ibu adalah sosok yang luar biasa. Dia selalu ada untukku, selalu mendukungku, dan selalu mencintaiku tanpa syarat. Kue ulang tahun Ibu, bukan hanya kue biasa. Kue itu adalah simbol kasih sayang, kebersamaan, dan cinta yang tak ternilai harganya. Kue itu adalah bukti nyata bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga dalam hidup.