Perjalanan Dedikasi Muhammadiyah di Kabupaten Poso: Sebuah Narasi Historis

Pada tahun 1939, sebuah langkah bersejarah diambil oleh Pengurus Besar Muhammadiyah Gorontalo ketika Bapak Ibrahim Muhammad diutus ke Poso melalui jalur Dolong, Una-Una, dan Luwuk. Tugasnya bukan hanya sebagai Pandu Hizbul Wathan, yang berarti pembela tanah air, tetapi juga sebagai pendidik yang membuka Holland Indische School Muhammadiyah, yang kini berdiri megah di Jalan Agus Salim Bonesompe. Dalam misi pendidikannya, Bapak Ibrahim dibantu oleh dua guru tamatan Muallimat Jogja, Ibu Syarifah dan Ibu Hajarah. Namun, ketika Jepang memasuki Poso pada tahun 1942, sekolah tersebut terpaksa ditutup. Ibrahim Muhammad kemudian bergabung dengan kepanduan bangsa Indonesia yang didirikan oleh Muhammadiyah, bersama dengan Pandu Laskar dari NU dan kepanduan muslim dari PSII, Partai Serikat Islam Indonesia. Pada tahun 1945, Bapak Yusuf Abdul Muthalib Otolua dari Gorontalo mengambil inisiatif untuk membuka Sekolah Normal Islam. Lima tahun kemudian, di tahun 1950, Poso menjadi tuan rumah Kongres Muhammadiyah yang dihadiri oleh pengurus besar organisasi, termasuk Kyai Haji Badawi. Di tahun yang sama, Yusuf Abdul Muthalib mendirikan kantor perwakilan agama dan Normal School Muhammadiyah, yang menarik banyak murid dan kemudian dibagi menjadi dua: Normal Muhammadiyah dan Sekolah Rakyat Al Khairat. Kepemimpinan Muhammadiyah di Kabupaten Poso terus berkembang dengan ketua-ketua yang berdedikasi. Mulai dari Bapak Yusuf Abdul Muthalib Otolua pada tahun 1939, Haji Ma'ruf Saleh Ali dan Pakaya Podungge pada tahun 1950, Ali Adam dari tahun 1960 hingga 1968, hingga Muhammad Marlan A. Syarif dan Yahya Mangun yang memimpin dari tahun 1968 hingga 1983. Di bawah kepemimpinan Muhammad Marlan, Muhammadiyah memperluas jaringannya dengan membentuk berbagai Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) di Poso Kota, Lage, Pamona Utara, Pendolo, dan Poso Pesisir. Saleh Ali, yang menjabat sebagai ketua dari tahun 1983 hingga 1988, juga memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan PCM di Poso Kota. Kisah Muhammadiyah di Kabupaten Poso adalah cerita tentang semangat, dedikasi, dan komitmen terhadap pendidikan dan kebangsaan. Organisasi ini telah menjadi saksi bisu perubahan zaman dan tetap teguh dalam misinya untuk memberikan pencerahan melalui pendidikan dan kegiatan sosial. Kisah ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap lembar sejarah, ada tokoh-tokoh yang dengan tulus mengabdikan diri untuk kemaslahatan umat dan bangsa.