Air Mata di Balik Kemewahan **

** Matahari sore mulai meredup saat Ria dan Naysila melangkah keluar dari gerbang sekolah. Wajah mereka yang biasanya ceria kini tampak lesu, air mata menggenang di sudut mata. Hari ini, mereka kembali menjadi sasaran bully di sekolah. Kata-kata kasar dan ejekan yang menyakitkan kembali mereka dengar. "Kak, aku capek," lirih Naysila, tangannya menggenggam erat tangan Ria. Ria mengangguk, air matanya semakin deras. "Aku juga, Sil. Kenapa mereka selalu jahat sama kita?" Mereka berdua berjalan menuju mobil, berharap bisa segera pulang dan melupakan kejadian pahit itu. Namun, sebuah ide muncul di benak Ria. "Sil, kita ke kantor Papa, ya?" Naysila mengerutkan kening. "Kenapa ke kantor Papa? Kan Papa lagi sibuk." "Aku mau cerita sama Papa. Aku mau Papa tau gimana rasanya di-bully," jawab Ria dengan suara bergetar. Naysila pun setuju. Mereka meminta supir pribadi untuk mengantar mereka ke kantor Argantara Indira Natio, sang ayah yang dikenal sebagai pengusaha sukses dan orang terkaya di dunia. Sesampainya di kantor, Ria dan Naysila disambut oleh para bodyguard sang ayah. Dengan langkah gontai, mereka memasuki kantor Argantara, diiringi oleh para bodyguard yang mengawal mereka dengan sigap. Di dalam ruangan, keempat kakak mereka, Shani, Feni, Gracia, dan Sisca, sudah menunggu. Mereka langsung memeluk Ria dan Naysila, menenangkan hati mereka yang terluka. "Cerita sama Papa, ya," bisik Shani, matanya berkaca-kaca. Ria dan Naysila pun menceritakan pengalaman pahit mereka di sekolah. Argantara, yang awalnya tampak serius, perlahan menunjukkan raut wajah yang penuh kasih sayang. Ia memeluk kedua putrinya dengan erat, menenangkan hati mereka yang terluka. "Papa selalu ada untuk kalian. Kalian tidak sendirian," ucap Argantara, suaranya lembut. Ria dan Naysila terdiam, air mata mereka kembali mengalir. Kali ini, bukan air mata kesedihan, melainkan air mata haru. Mereka merasa terlindungi dan dicintai oleh keluarga mereka. Di tengah kemewahan dan kekayaan yang mereka miliki, Ria dan Naysila menyadari bahwa harta benda bukanlah segalanya. Kebahagiaan sejati terletak pada kasih sayang dan dukungan keluarga.