Pentingnya Memiliki Akses Jajanan Sekolah yang Layak

Jam sudah menunjukkan pukul 09.30 WIB, namun perutku sudah terasa lapar. Aku lupa jika pagi tadi hanya mengisi perut dengan beberapa teguk air tawar, sebelum berangkat mengajar. "Kini koh kito istirahat," suaraku mengisi ruangan berdinding papan itn, yang murid-muridnya berumur 2 tahun. "Yee," teriak murid-muridku penuh kegirangan. Lazimnya di sekolah-sekolah ada yang menjajahkan makanan setiap jam istirahat. Namun berbeda ditempatku mengajar, tak ada satu pun penjual jajanan layaknya sekolah-sekolah lain. Saat jam istirahat sekolah, adalah waktu untuk sarapan pagi. Para siswa akan berduyun-duyun kerumah masing-masing, walau hanya memakan sepiring ubi. Kakiku segera melangkah ke rumah menuju dapur tanpa dinding. Tak ada sekat pembatas pada bangunan beratap seng itu, hanya sedikit papan yang direkatkan pada tiang-tiang penyangga dan ketika angin kencang, akan selalu menerpa hingga menusuk kulit. Ada juga kursi dan meja untuk sekedar tempat makan bersama. Sisanya adalah ruangan bebas, yang siapa saja bisa keluar masuk, termasuk kucing maupun anjing. Sumur berada di sisi baratnya, sementara bagian timur jalan kecil menuju ruang tengah. Sisi selatan adalah kebun kecil yang ditanami umbi-umbian dan langsung menyatu dengan hutan belantara dan bagian utaranya adalah jalan bebas menuju jalan raya. Kulihat ada periuk nasi yang masih berada di atas bara api yang mulai mati. Biasanya orang-orang di sini membiarkan nasi tetap di dalam periuk itu. Siapa yang ingin makan tinggal mengambil sendiri. Aku agak sedikit heran mengapa tutupnya diletakkan terbalik. "Oh mungkin biar nasinya cepat dingin" dalam hatiku sambil bergumam. Perlahan kubuka wadah yang bentuknya seperti lingkaran itu, yang terlihat hanya air tawar yang tinggal setengahnya saja. Uapnya masih sedikit mengepul. Kututup kembali periuk nasi itu. Kulihat meja dapur, juga tidak ada apa-apa, kosong. Sepasang mataku tertuju pada tumpukan ubi dan jagung di bawah meja. Kulihat ada minyak jelantah di atas penggorengan. Otakku mulai berfikir "digoreng mungkin." Lalu... Konten di atas menggambarkan situasi di mana seorang guru merasa lapar saat jam istirahat di sekolah tempat dia mengajar. Meskipun di sekolah-sekolah lain ada penjual jajanan, di sekolah tempat dia mengajar tidak ada. Guru tersebut kemudian pergi ke rumahnya untuk mencari makanan, namun tidak menemukan apa pun di dapur. Dia kemudian melihat tumpukan ubi dan jagung di bawah meja, serta minyak jelantah di atas penggorengan, dan memikirkan untuk menggorengnya. Artikel ini akan membahas pentingnya memiliki akses jajanan sekolah yang layak. Dalam konteks ini, guru tersebut mengalami kesulitan mendapatkan makanan saat jam istirahat di sekolah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya adanya penjual jajanan di sekolah agar siswa dan guru dapat dengan mudah mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi. Dalam artikel ini, akan dibahas mengapa jajanan sekolah yang layak penting, dampaknya terhadap kesehatan dan konsentrasi siswa, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan akses jajanan sekolah yang layak.