Analisis Yuridis Ayat 8 Surat At-Tahrim: Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif

Ayat 8 Surat At-Tahrim merupakan salah satu ayat dalam Al-Quran yang mengatur tentang larangan zihar. Zihar adalah perbuatan seorang suami yang mengumpamakan istrinya dengan ibunya sendiri atau perempuan lain yang haram dinikahi secara permanen. Perbuatan ini dianggap sebagai bentuk pelecehan verbal yang dapat merendahkan martabat seorang istri.

Larangan Zihar dalam Islam

Dalam Islam, zihar merupakan perbuatan yang diharamkan secara tegas. Larangan ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam Surat At-Tahrim ayat 8:

> وَاِذَا قُلۡتُمۡ لَهٗ مِثۡلَ هٰذَا فَاتَّقُوا اللّٰهَ رَبَّكُمۡ وَلَا تُطَلِّقُوۡهُنَّ مَا لَمۡ يَمَسَسۡنَ طَهُوۡرًا​ۚ فَاِنۡ فَعَلۡتُمۡ فَاِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ خَبِيۡرًا

> "Dan jika kamu telah mengucapkan (talak) kepada mereka seperti itu, maka bertakwalah kepada Allah Tuhanmu, dan janganlah kamu ceraikan mereka sebelum mereka suci (dari haid dan nifas). Kemudian jika mereka telah suci, maka rujukilah mereka di tempat tidur atau ceraikanlah mereka sebelum kamu menyentuhnya. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. At-Tahrim: 8)

Ayat ini dengan jelas melarang suami untuk mengucapkan kata-kata zihar kepada istrinya. Larangan ini menunjukkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat seorang istri. Zihar dianggap sebagai perbuatan yang keji dan dapat merusak keharmonisan rumah tangga.

Kedudukan Istri dalam Pernikahan

Dalam Islam, pernikahan merupakan ikatan suci yang menyatukan dua insan, laki-laki dan perempuan, dalam sebuah hubungan yang sah dan diridhoi Allah SWT. Istri memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Ia bukan hanya sebagai pasangan hidup, tetapi juga sebagai ibu dari anak-anak dan pendamping suami dalam mengarungi bahtera kehidupan.

Konsekuensi Hukum Zihar

Hukum melakukan zihar adalah suami diwajibkan untuk membayar kafarat. Kafarat zihar adalah membebaskan seorang budak mukmin. Jika tidak mampu, maka ia harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Jika tidak mampu berpuasa, maka ia harus memberi makan 60 orang miskin.

Perspektif Hukum Positif di Indonesia

Di Indonesia, zihar diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Meskipun tidak secara eksplisit menyebutkan istilah "zihar", namun pasal 39 ayat (2) UU Perkawinan mengatur tentang larangan suami untuk mengumpat atau mencaci maki istri.

Pasal ini dapat diinterpretasikan sebagai larangan terhadap perbuatan zihar, karena zihar termasuk dalam kategori pengumpatan dan pencacian yang dapat merendahkan martabat seorang istri.

Perlindungan Hukum bagi Istri

Hukum positif di Indonesia memberikan perlindungan hukum bagi istri yang menjadi korban zihar. Istri dapat melaporkan perbuatan suaminya kepada pihak berwajib dan menuntut cerai. Selain itu, istri juga berhak mendapatkan nafkah dari suami, baik selama masa pernikahan maupun setelah bercerai.

Ayat 8 Surat At-Tahrim memberikan pesan yang sangat penting tentang pentingnya menjaga keharmonisan rumah tangga dan memperlakukan istri dengan baik. Larangan zihar merupakan bentuk perlindungan Islam terhadap hak-hak istri dan upaya untuk mencegah terjadinya perpecahan dalam rumah tangga.