Wewenang MPR dalam Mengubah dan Menetapkan Undang-Undang Dasar 2.

Wewenang MPR dalam Mengubah dan Menetapkan Undang-Undang Dasar MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) adalah lembaga tertinggi negara yang memiliki wewenang untuk mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD). Wewenang ini diberikan kepada MPR sebagai bagian dari sistem pemerintahan Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Wewenang MPR dalam mengubah dan menetapkan UUD tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pasal ini menyatakan bahwa MPR memiliki wewenang untuk mengubah UUD dengan persyaratan tertentu, yaitu: 1. Setidaknya 2/3 dari jumlah anggota MPR harus hadir dalam sidang. 2. Sidang harus dihadiri oleh setidaknya 50% dari jumlah anggota MPR. 3. Setidaknya 50% dari jumlah anggota MPR yang hadir harus memberikan suara "setuju" untuk mengubah UUD. Dalam proses pengubahan UUD, MPR juga memiliki wewenang untuk memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya. Hal ini sesuai dengan Pasal 7A Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat. Selain itu, MPR juga memiliki wewenang untuk memberikan grasi kepada narapidana. Grasi adalah pengampunan atau pengurangan hukuman yang diberikan oleh Presiden atas permintaan narapidana kepada Mahkamah Agung. Wewenang ini diberikan kepada Presiden, bukan kepada MPR. Terakhir, MPR juga memiliki wewenang untuk membuat undang-undang bersama Presiden. Hal ini sesuai dengan Pasal 5 ayat (2) Undgang-Undangan Nomor 17 Tahun 2014 tentang