Aroma Kenangan di Balik Sepiring Nasi **

** Udara pagi yang sejuk menusuk kulitku. Embun pagi masih menempel di dedaunan, berkilauan seperti berlian kecil. Aku melangkah keluar rumah, menghirup udara segar yang membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering. Aroma itu, aroma yang selalu mengingatkan pada masa kecilku. Di halaman belakang rumah, ibuku sedang sibuk di dapur kecil. Asap mengepul dari cerobong asap, membawa aroma yang tak asing lagi. Aroma nasi yang baru dimasak, bercampur dengan aroma rempah-rempah yang khas. Aroma itu, aroma yang selalu membuat perutku berdesir dan air liurku menetes. Ibu selalu memasak nasi dengan penuh cinta. Setiap bulir nasi yang dimasaknya, diiringi doa dan harapan agar kami sekeluarga selalu sehat dan bahagia. Nasi yang dimasaknya, selalu terasa istimewa. Rasanya gurih, pulen, dan hangat. Setiap suapan nasi, terasa seperti pelukan hangat dari ibu. Nasi, makanan pokok yang sederhana, namun menyimpan sejuta makna. Nasi, yang selalu ada di meja makan kami, menjadi saksi bisu perjalanan hidup kami. Nasi, yang selalu menjadi sumber energi kami, menjadi simbol kasih sayang ibu. Aroma nasi yang tercium di pagi hari, selalu membawaku kembali ke masa kecil. Masa kecil yang penuh dengan keceriaan, kasih sayang, dan kenangan indah. Aroma nasi, aroma yang selalu mengingatkan pada kasih sayang ibu, aroma yang selalu membuatku merasa tenang dan damai. Aroma nasi, aroma yang selalu membuatku merasa rindu. Rindu pada masa kecil, rindu pada kasih sayang ibu, rindu pada rumah. Aroma nasi, aroma yang selalu mengingatkan pada kenangan indah, kenangan yang tak akan pernah terlupakan.