Konferensi Maphilindo: Menjelajahi Sejarah Pembentukan Federasi Malaysi

Pada tahun 1963, ketegangan antara Malaysia, Filipina, dan Indonesia meningkat karena masalah wilayah Sabah di Kalimantan Utara. Filipina mengklaim wilayah itu sebagai bagian dari wilayah Sultan Sulu, sementara Indonesia menentang pembentukan Federasi Malaysia karena percaya itu adalah bagian dari rencana Inggris untuk mempertahankan kekuasaannya di Asia Tenggara. Untuk mengurangi ketegangan, ketiga kepala pemerintahan bertemu di Filipina untuk Konferensi Maphilindo. Selama pertemuan, ketiga kepala pemerintahan berusaha mencari solusi damai untuk masalah pembentukan Federasi Malaysia. Mereka menghasilkan tiga dokumen penting: Deklarasi Manila, Persetujuan Manila, dan Komunikasi Bersama. Dokumen-dokumen ini menekankan bahwa Indonesia dan Filipina akan menerima pembentukan Federasi Malaysia jika rakyat Kalimantan Utara setuju. Untuk memastikan keinginan rakyat di wilayah-wilayah yang akan dimasukkan ke dalam Federasi Malaysia, ketiga kepala pemerintahan meminta Sekjen PBB untuk melakukan pendekatan. Mereka juga meminta Sekjen PBB untuk membentuk tim untuk mengeksplorasi masalah tersebut lebih lanjut. Konferensi Maphilindo merupakan titik balik penting dalam sejarah pembentukan Federasi Malaysia. Pertemuan ini menunjukkan bahwa ketiga kepala pemerintahan bersedia bekerja sama untuk mencari solusi damai, dan mengakui kebutuhan untuk mempertimbangkan keinginan rakyat di wilayah-wilayah yang akan dimasukkan ke dalam Federasi Malaysia.