Dari Madinah ke Damaskus: Jejak Sejarah Berdirinya Daulah Umayyah

Dari Madinah yang suci, tempat kelahiran Islam, hingga Damaskus yang megah, pusat peradaban kuno, terbentang jejak sejarah berdirinya Daulah Umayyah. Sebuah perjalanan panjang yang diwarnai intrik politik, penaklukan militer, dan warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Kebangkitan Dinasti Umayyah

Daulah Umayyah, dinamai berdasarkan klan Umayyah yang berpengaruh di Mekah, muncul dari bara api perang saudara Islam pertama (Fitnah Pertama). Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, pertanyaan tentang kepemimpinan umat Islam memicu perpecahan. Muawiyah I, seorang gubernur Suriah dari Bani Umayyah, menantang kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Pertempuran Siffin yang dahsyat pada tahun 657 M menandai puncak perselisihan ini, yang berakhir dengan arbitrase kontroversial dan melemahnya kekuasaan Ali.

Ekspansi dan Konsolidasi Kekuasaan

Setelah pengangkatan Muawiyah I sebagai khalifah pada tahun 661 M, Daulah Umayyah memulai era baru ekspansi dan konsolidasi kekuasaan. Dari pusat pemerintahan baru di Damaskus, pasukan Umayyah bergerak ke segala arah. Ke barat, mereka menaklukkan Afrika Utara, menyeberangi Selat Gibraltar untuk menaklukkan Semenanjung Iberia, dan mencapai puncaknya dalam Pertempuran Tours pada tahun 732 M. Ke timur, mereka menaklukkan Persia, Afghanistan, dan sebagian Asia Tengah, mencapai hingga batas-batas Tiongkok.

Masa Keemasan dan Warisan Budaya

Di bawah pemerintahan para khalifah seperti Abdul-Malik dan Al-Walid I, Daulah Umayyah mencapai puncak kejayaan. Kekayaan mengalir dari penaklukan dan perdagangan, memungkinkan pembangunan infrastruktur megah seperti Kubah Batu di Yerusalem dan Masjid Umayyah di Damaskus. Bahasa Arab dipromosikan sebagai bahasa administrasi dan perdagangan, meletakkan dasar bagi penyebaran ilmu pengetahuan dan sastra Islam.

Kemunduran dan Kejatuhan

Namun, kejayaan Daulah Umayyah tidak berlangsung selamanya. Ketegangan internal, pemberontakan, dan korupsi menggerogoti fondasi dinasti ini. Dinasti Abbasiyah, yang mengklaim keturunan dari paman Nabi Muhammad, memanfaatkan ketidakpuasan ini untuk melancarkan pemberontakan. Pada tahun 750 M, dalam Pertempuran Zab, pasukan Abbasiyah menghancurkan tentara Umayyah, menandai berakhirnya kekuasaan dinasti ini di sebagian besar dunia Islam.

Dari abu kejatuhan di Damaskus, seorang pangeran Umayyah bernama Abdurrahman berhasil melarikan diri ke Al-Andalus (Spanyol). Di sana, ia mendirikan kembali kekuasaan Umayyah sebagai Emirat Cordoba, meneruskan warisan budaya dan intelektual dinasti ini selama berabad-abad kemudian. Jejak sejarah berdirinya Daulah Umayyah, dari Madinah ke Damaskus, tetap menjadi pengingat akan kompleksitas dan kekayaan peradaban Islam.