Layangan Putus: Refleksi tentang Kekerasan Domestik dan Perlindungan Hukum

Fenomena viralnya serial Layangan Putus tidak hanya menghibur, tetapi juga memicu diskusi penting tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Kisah Kinan, seorang istri yang dikhianati dan dianiaya secara verbal oleh suaminya, Aris, membuka mata banyak orang tentang realitas pahit yang dialami banyak perempuan di balik pintu tertutup. Serial ini dengan gamblang menggambarkan bagaimana KDRT, baik fisik maupun psikis, dapat menghancurkan hidup korbannya.

Mengupas Tabir KDRT dalam Layangan Putus

Layangan Putus dengan apik menggambarkan berbagai bentuk KDRT yang seringkali tidak disadari. Kekerasan tidak selalu berupa pukulan fisik, tetapi juga bisa berupa manipulasi, intimidasi, dan kekerasan verbal yang merendahkan harga diri korban. Aris, dengan sikapnya yang manipulatif dan penuh gaslighting, berhasil membuat Kinan meragukan kewarasannya sendiri. Ketergantungan ekonomi Kinan pada Aris semakin memperburuk keadaan, membuatnya sulit untuk keluar dari jerat KDRT.

Dampak Psikologis yang Mendalam

KDRT, seperti yang dialami Kinan dalam Layangan Putus, meninggalkan luka psikis yang mendalam. Korban seringkali mengalami trauma, depresi, kecemasan, bahkan gangguan stres pasca trauma (PTSD). Rasa percaya diri hancur, dan mereka sulit membangun hubungan yang sehat di masa depan. Anak-anak yang menyaksikan KDRT juga rentan mengalami trauma dan masalah emosional.

Perlindungan Hukum bagi Korban KDRT

Penting untuk diingat bahwa KDRT adalah tindak pidana yang tidak dapat dibenarkan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT memberikan perlindungan hukum bagi korban. Korban berhak mendapatkan perlindungan dari aparat penegak hukum, pendampingan, serta akses terhadap layanan kesehatan dan pemulihan.

Mendorong Kesadaran dan Pencegahan KDRT

Layangan Putus menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang KDRT. Penting untuk mengedukasi masyarakat tentang berbagai bentuk KDRT, dampaknya, dan pentingnya melapor. Upaya pencegahan juga harus ditingkatkan, mulai dari pendidikan karakter sejak dini hingga penguatan lembaga keluarga.

Layangan Putus bukan sekadar tontonan, tetapi juga panggilan untuk bertindak. Kita semua memiliki peran dalam mencegah dan menangani KDRT. Dengan meningkatkan kesadaran, memberikan dukungan kepada korban, dan menegakkan hukum dengan tegas, kita dapat bersama-sama memutus rantai kekerasan dalam rumah tangga.