** Nepotisme dalam Organisasi: Budaya yang Mementingkan Keluarga **

** Nepotisme, praktik memberikan keuntungan kepada anggota keluarga dalam konteks organisasi, telah menjadi fenomena yang semakin lazim. Dalam banyak kasus, hal ini dianggap sebagai bagian dari budaya perusahaan. Namun, apa sebenarnya makna "budaya" di sini? Menurut Kotter dan Heskett (1992), budaya dapat dipahami melalui dua tingkatan; yaitu nilai-nilai dasar dan asumsi-asumsi mendasar. Pada tingkat pertama—nilai-nilai dasar—nepotisme mencerminkan prioritas terhadap hubungan kekeluargaan dibandingkan dengan meritokrasi atau kemampuan individu. Hal ini bisa dilihat pada bagaimana keputusan perekrutan sering kali lebih mengutamakan ikatan darah daripada kualifikasi profesional seseorang. Di sisi lain, pada tingkat kedua—asumsi-asumsi mendasar—praktik nepotisme menunjukkan pandangan bahwa kepercayaan antaranggota keluarga akan menghasilkan stabilitas dan loyalitas bagi organisasi tersebut. Asumsinya adalah bahwa orang-orang terdekat memiliki pemahaman intrinsik tentang visi serta misi perusahaan sehingga mereka mampu berkontribusi secara efektif tanpa perlu pelatihan tambahan. Namun demikian, meskipun tampak positif untuk membangun lingkungan kerja yang akrab dan saling percaya antara anggota keluarga di tempat kerja tertentu, dampaknya tidak selalu baik untuk kesehatan jangka panjang suatu organisasi. Ketika nepotisme dijadikan norma umum dalam sebuah kultur organisasional tanpa mempertimbangkan kompetensi individual lainnya , maka inovasi mungkin terhambat karena kurangnya keragaman perspektif serta ide-ide baru. Oleh karena itu penting bagi setiap organisasi untuk mengevaluasi kembali kebiasaan-kebiasaan seperti ini demi mencapai keseimbangan antara menjaga tradisi kekeluargaan sekaligus memastikan keberlanjutan pertumbuhan berbasis prestasi nyata para anggotanya . Dengan cara inilah kita dapat merangkul perubahan menuju masa depan bisnis yang lebih inklusif sambil tetap menghormati akar sejarah masing-masing entiti usaha . Dalam kesimpulan , memahami dinamika nepotism merupakan langkah awal agar kita semua sadar betapa krusialnya peran 'budaya' bukan hanya sekadar istilah tetapi juga penggerak perilaku sehari-hari didalam dunia pekerjaan saat ini .