Mengatasi Konflik Agraria dan Krisis Sumber Daya Alam di Indonesi

Semenjak tahun 1980-an, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) telah aktif dalam studi dan aksi untuk mengatasi isu keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan. Pergumulan ini muncul sebagai respons terhadap krisis lingkungan dan degradasi sumber daya alam yang terjadi akibat eksploitasi berlebihan terhadap alam. Dampak dari krisis ini adalah munculnya konflik sosial dan bencana ekologis di seluruh negeri. Namun, keprihatinan terhadap isu ini semakin mendesak belakangan ini, terutama ketika melihat situasi agraria dan krisis sumber daya alam yang terjadi di Indonesia. Menurut data yang dikumpulkan oleh Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), pada tahun 2014 saja terjadi 472 konflik agraria di seluruh Indonesia, dengan luas konflik mencapai 2.860.977,07 hektar. Konflik-konflik ini melibatkan lebih dari 105.887 kepala keluarga. Data KPA juga menunjukkan bahwa konflik agraria tertinggi terjadi pada proyek-proyek infrastruktur, dengan 215 konflik agraria (45,55%) terjadi di sektor ini. Selain itu, ekspansi perluasan perkebunan skala besar juga menjadi penyebab utama konflik agraria, dengan 185 kasus yang tercatat. Krisis sumber daya alam dan konflik agraria ini memiliki dampak yang luas dan serius bagi masyarakat Indonesia. Selain merugikan lingkungan, konflik agraria juga berdampak negatif pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang terlibat. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang serius dan komprehensif untuk mengatasi masalah ini. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan. Gereja-gereja di Indonesia, melalui PGI, dapat memainkan peran penting dalam hal ini. Dengan memobilisasi umatnya, PGI dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan sumber daya alam, serta mempromosikan keadilan agraria. Selain itu, PGI juga dapat bekerja sama dengan pemerintah dan lembaga terkait untuk mengembangkan kebijakan yang mendukung keadilan agraria dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Dalam hal ini, PGI dapat menjadi penghubung antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga lainnya untuk mencapai solusi yang adil dan berkelanjutan. Dalam mengatasi konflik agraria dan krisis sumber daya alam, PGI juga dapat mengambil contoh dari gereja-gereja di negara lain yang telah berhasil mengatasi masalah serupa. Melalui pertukaran pengetahuan dan pengalaman, PGI dapat memperoleh wawasan dan strategi yang efektif dalam menghadapi tantangan ini. Dalam kesimpulan, konflik agraria dan krisis sumber daya alam di Indonesia merupakan masalah yang mendesak dan kompleks. Namun, dengan kerja sama antara PGI, pemerintah, dan masyarakat, serta dengan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, masalah ini dapat diatasi. Gereja-gereja di Indonesia, melalui PGI, memiliki peran penting dalam memimpin perubahan menuju keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan.