Perlawanan Kesultanan Banjar: Sebuah Perang Melawan Penjajahan Kolonial Belanda (1859-1905)

Pada tahun 1859, meletus Perang Banjar, sebuah konflik yang melibatkan Kesultanan Banjar dan penjajahan kolonial Belanda. Wilayah Kesultanan Banjar mencakup Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Perlawanan rakyat Banjar terjadi karena beberapa alasan. Pertama, Belanda campur tangan dalam urusan internal Kesultanan, yang sangat ditolak oleh rakyat Banjar. Ketika Belanda mengangkat Tamjidillah sebagai Sultan, kalangan istana dan rakyat Banjar merasa bahwa Pangeran Hidayatullah lebih layak untuk memerintah. Campur tangan Belanda dalam urusan internal Kesultanan adalah titik balik bagi rakyat Banjar. Kedua, Belanda memonopoli perdagangan lada, rotan, dan hasil tambang seperti emas dan intan, yang sangat merugikan rakyat dan pedagang Banjar sejak abad ke-17. Monopoli perdagangan ini membuat rakyat Banjar menderita karena beban pajak dan kewajiban kerja rodi, yang membuka jalan bagi akses Belanda ke daerah pertambangan mereka. Ketiga, rakyat Banjar menderita karena beban pajak dan kewajiban kerja rodi, yang membuka jalan bagi akses Belanda ke daerah pertambangan mereka. Kewajiban kerja rodi ini membuat rakyat Banjar menderita dan mencari cara untuk melawan penjajahan kolonial Belanda. Keempat, Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan bagian selatan karena ditemukan batu bara di sana. Ekspansi Belanda ke Kalimantan bagian selatan untuk perkebunan dan pertambangan lebih lanjut membuat rakyat Banjar semakin menderita. Kelima, Belanda semakin memperluas kehadirannya di Kalimantan bagian selatan untuk perkebunan dan pertambangan lebih lanjut, sehingga wilayah Kesultanan Banjar semakin kecil. Perluasan ini membuat rakyat Banjar semakin menderita dan mencari cara untuk melawan penjajahan kolonial Belanda. Perlawanan Kesultanan Banjar adalah contoh penting dari perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda. Perang ini menunjukkan keteguhan dan keberanian rakyat Banjar dalam melawan penjajahan kolonial dan mempertahankan identitas dan budaya mereka. Perlawanan ini juga menunjukkan pentingnya memahami dan menghormati keberadaan dan kepentingan komunitas lokal dalam menghadapi tantangan global.