Dampak Kurang Tidur dan Penyalahgunaan Zat pada Kinerja Sisw

Kurang tidur dan penyalahgunaan zat dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada kinerja siswa. Banyak siswa yang merasa sulit untuk fokus dan berkonsentrasi saat menghadapi ujian atau tugas penting karena kurang tidur. Menurut David Bachboler, seorang ahli neurologi dan terapis tidur di The Johns Hopkins Hospital, kurang tidur dapat menyebabkan penurunan kemampuan siswa dalam memahami, mengingat, dan mengambil informasi. Meskipun beberapa orang mungkin tidak terlalu terpengaruh oleh kurang tidur, namun banyak yang mengalami penurunan kinerja signifikan hanya dengan sedikit pengurangan waktu tidur. Selain itu, penggunaan zat seperti kafein dan amfetamin juga dapat memperburuk masalah. Banyak siswa yang mengira bahwa mengonsumsi banyak kopi atau amfetamin dapat meningkatkan kewaspadaan mereka, padahal sebenarnya zat-zat tersebut hanya menyamarkan sementara kemampuan siswa untuk memahami, mengingat, dan mengambil informasi. Menurut Buetsholiz, kafein tidak dapat mengatasi gangguan kognitif yang disebabkan oleh kurang tidur. Siswa yang mengonsumsi zat-zat tersebut mungkin terjaga, tetapi mereka akan mengalami defisit intelektual dan kesulitan berkonsentrasi. Mereka bahkan dapat mengalami "mikro tidur" dan terus menatap kata yang sama selama beberapa menit. Selain itu, penyalahgunaan zat juga dapat menyebabkan masalah lainnya. Penggunaan kafein dalam jumlah besar dapat menyebabkan Sindrom Intoksikasi Kafein, yang ditandai dengan kecemasan, serangan panik, sakit kepala, dan sulit tidur. Beberapa orang mungkin sudah mengalami sindrom ini setelah mengonsumsi hanya 2 hingga 3 cangkir kopi. Penggunaan amfetamin juga sangat berbahaya. Overdosis dapat menyebabkan halusinasi pendengaran dan paranoia. Selain itu, jika seseorang menggunakan amfetamin dalam jangka waktu yang lama dan kemudian berhenti, ia dapat mengalami depresi berat. Namun, kecuali seseorang menyalahgunakan tubuhnya dengan zat-zat tersebut, ia seharusnya dapat pulih dengan cepat setelah kurang tidur. Istirahat selama satu malam penuh biasanya sudah cukup untuk pulih sepenuhnya dari kurang tidur selama 48 jam. Orang yang sehat bahkan dapat tetap terjaga selama seminggu tanpa mengalami efek negatif yang signifikan. Pada malam kedua, biasanya terjadi peningkatan fase REM (gerakan mata cepat) saat tidur, dan beberapa orang melaporkan mimpi buruk yang sangat grafis dan mengganggu. Namun, ada juga masalah siswa yang ingin tidur dengan cukup sebelum ujian tetapi tidak bisa tidur. Stres seringkali menyebabkan insomnia. Jika seseorang tidak bisa tidur setelah berbaring selama setengah jam, disarankan untuk bangun dan melakukan aktivitas yang biasanya membuat rileks, seperti menonton televisi atau membaca. Beberapa orang juga menemukan bahwa mencatat apa yang membuat mereka khawatir dapat membantu mengurangi kekhawatiran tersebut. Tidur berlebihan sebenarnya tidak perlu menjadi masalah bagi kebanyakan orang. Bahkan setelah mengalami depresi yang berkepanjangan, orang seringkali tidur lebih banyak untuk menghindari waktu terjaga. Namun, tidur berlebihan juga dapat menjadi tanda depresi klinis yang serius. Pada akhirnya, formula terbaik yang harus diikuti adalah dengan menjaga keseimbangan. Terdapat waktu-waktu tertentu ketika mencapai prestasi yang baik, atau bahkan hanya lulus, membutuhkan penundaan waktu tidur. Namun, perubahan besar dalam pola tidur harus dilakukan dengan hati-hati. Seperti yang disarankan oleh Bachboler, kunci utamanya adalah menjaga perspektif dan tidak berlebihan dalam mengorbankan waktu tidur.