Protes di Neraka: Menggugat Keadilan Tuhan

Dalam cerita pendek "Robohnya Surau Kami" karya A.A. Navis, terdapat adegan yang menarik ketika Haji Saleh dan sekelompok orang menemukan diri mereka di neraka. Mereka terkejut dan bingung, karena mereka merasa telah menjalankan ibadah dengan tekun dan taat selama hidup mereka. Mereka tidak dapat memahami mengapa mereka harus menderita di neraka, sementara orang-orang di sekitar mereka, termasuk seorang Syeh yang telah berkali-kali ke Mekah, juga mengalami nasib yang sama. Dalam kebingungan mereka, Haji Saleh dan kelompoknya memutuskan untuk mencari jawaban dan mempertanyakan keadilan Tuhan. Mereka merasa bahwa mereka harus meminta kesaksian atas kesalahan mereka dan mengingatkan Tuhan jika ada kesalahan dalam memasukkan mereka ke neraka ini. Mereka merasa bahwa mereka telah melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan, dan kini mereka merasa bahwa keputusan Tuhan ini tidak adil. Dalam semangat protes dan keinginan untuk mencari keadilan, Haji Saleh dan kelompoknya bahkan mengusulkan untuk melakukan demonstrasi dan revolusi terhadap Tuhan. Mereka merasa bahwa dengan demonstrasi, mereka telah berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan di dunia sebelumnya. Namun, ketika mereka akhirnya menghadap Tuhan dan menyampaikan tuntutan mereka, mereka mendapatkan pertanyaan yang mengejutkan dari Tuhan: "Kalian mau apa?" Haji Saleh, sebagai pemimpin dan juru bicara kelompok, dengan suara yang gemetar namun indah, memulai pidatonya. Dalam cerita ini, Navis menggambarkan kebingungan dan keputusasaan manusia ketika mereka menghadapi ketidakadilan atau ketidakadilan yang mereka rasakan. Dia juga menggambarkan betapa manusia seringkali mencari jawaban dan keadilan dalam situasi yang tidak dapat mereka pahami sepenuhnya. Meskipun cerita ini fiksi, ia mengajarkan kita untuk tetap berpikir kritis dan mencari jawaban yang memuaskan dalam menghadapi ketidakadilan dalam kehidupan nyata. Dalam akhir cerita ini, Navis tidak memberikan jawaban pasti atau resolusi atas protes Haji Saleh dan kelompoknya. Namun, ia mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti keadilan dan bagaimana kita dapat mencari keadilan dalam kehidupan kita sendiri.