Keberadaan Manusia dalam Konteks Takdir Allah

Manusia adalah makhluk yang tidak memiliki pilihan dalam hal ibu dan bapak yang akan menjadi orang tuanya. Begitu juga dengan jenis kelamin dan bentuk fisiknya, semua itu ditentukan oleh takdir Allah. Namun, manusia memiliki kebebasan dalam memilih bagaimana mereka menjalani hidup mereka. Kehidupan manusia dimulai sebagai seorang bayi yang kemudian tumbuh menjadi anak-anak dan akhirnya menjadi orang dewasa. Ada yang hidup dalam kondisi muda dan berusaha untuk menjaga agar masa tua tidak menghampirinya. Semua ini adalah bagian dari takdir Allah yang harus kita terima. Ketika melihat keberadaan benda-benda di alam semesta ini, seperti matahari, bulan, dan bintang, kita dapat melihat bahwa semuanya bergerak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah. Bumi bergerak mengelilingi matahari, bulan mengelilingi bumi, begitu juga dengan planet dan bintang lainnya. Semuanya berjalan dengan teratur sesuai dengan takdir yang telah ditetapkan Allah. Contoh lain dari takdir Allah yang terjadi di alam ini adalah kehidupan pohon. Pohon kelapa, misalnya, berasal dari sebuah biji yang kemudian tumbuh dan berkembang. Namun, pada akhirnya daunnya rontok, dahan-dahannya lapuk, dan akhirnya pohon itu mati. Ini adalah contoh dari takdir Allah yang terjadi di alam ini dan sebagai orang Islam, kita harus mempercayainya. Manusia memiliki keterbatasan sesuai dengan ukuran yang telah diberikan oleh Allah. Misalnya, manusia tidak dapat terbang, ini adalah salah satu ukuran yang telah ditentukan oleh Allah dan tidak dapat dilampaui. Namun, manusia memiliki kebebasan untuk memilih di antara takdir yang telah ditetapkan Allah. Sebagai contoh, api ditetapkan Allah sebagai sesuatu yang panas dan membakar, namun manusia dapat memilih untuk menggunakan api tersebut atau memilih angin yang sejuk. Semua ini adalah bagian dari takdir Allah yang harus kita terima. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, "Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Allah menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (Q.S. Al-Hadid: 22). Ketika ada wabah penyakit, kita tidak boleh menghindar dari takdir Allah, namun kita harus menghadapinya dengan iman dan tawakal. Dalam kesimpulan, manusia adalah makhluk yang hidup dalam konteks takdir Allah. Meskipun kita tidak memiliki pilihan dalam hal-hal tertentu, kita memiliki kebebasan untuk memilih bagaimana kita menjalani hidup kita. Semua ini adalah bagian dari takdir Allah yang harus kita terima dan kita harus menghadapinya dengan iman dan tawakal.