Bentuk-Bentuk Ta'wil dalam Al-Quran

Dalam Al-Quran, terdapat beberapa bentuk ta'wil yang digunakan untuk memahami ayat-ayat yang terdapat di dalamnya. Bentuk-bentuk ta'wil ini membantu kita untuk memahami makna yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut dengan lebih baik. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa bentuk ta'wil yang sering digunakan dalam Al-Quran. Pertama, ada bentuk ta'wil yang disebut takhsi. Takhsi adalah bentuk ta'wil yang memindahkan makna umum menjadi makna khusus. Contohnya adalah dalam surah Al-Baqarah ayat 228, terdapat perintah untuk memindahkan iddah perempuan yang diceraikan. Ayat ini takhsis mencakup semua kondisi perempuan setelah diceraikan, namun tidak termasuk perempuan yang belum disentuh suaminya. Kedua, ada bentuk ta'wil yang disebut tafsir musing. Tafsir musing adalah bentuk ta'wil yang memindahkan makna musing (mudak) menjadi makna hakiki. Contohnya adalah dalam surah Al-Ma'idah ayat 3, terdapat larangan mengonsumsi darah. Ayat ini menggunakan lafal musing yang mencakup semua jenis darah. Namun, ayat ini ditafsirkan dengan ayat dalam surah Al-Anam ayat 143 yang menyatakan bahwa yang diharamkan adalah darah yang masfiban. Selanjutnya, ada bentuk ta'wil yang disebut tafsir majar. Tafsir majar adalah bentuk ta'wil yang memindahkan lafal dari makna hakiki menjadi makna majar. Contohnya adalah dalam surah An-Nisa ayat 4 dan ayat 6, terdapat perintah untuk menyerahkan harta anak yatim setelah mereka dewasa. Ayat ini menggunakan lafal hakiki yang mencakup semua harta anak yatim. Namun, ayat ini ditafsirkan dengan memindahkan lafal tersebut menjadi makna majar, yaitu hanya harta yang telah mereka baling yang harus diserahkan. Terakhir, ada bentuk ta'wil yang disebut tafsir wajib menjadi sunah. Tafsir wajib menjadi sunah adalah bentuk ta'wil yang memindahkan lafal yang mengandung makna wajib menjadi makna sunah. Contohnya adalah dalam surah Al-Baqarah ayat 282-283, terdapat perintah untuk mencatat utang piutang. Ayat ini menggunakan lafal yang mengandung makna wajib. Namun, ayat ini ditafsirkan dengan memindahkan lafal tersebut menjadi makna sunah, yaitu melakukan pencatatan utang piutang menjadi sunah. Dalam memahami ta'wil dalam Al-Quran, penting untuk memahami pengertian manting dan mafhim. Manting secara bahasa artinya yang diucapkan, sedangkan mafhim adalah makna yang ditunjukkan oleh bunyi atau maknanya yang tersurat. Dalam konteks ta'wil, manting adalah pengertian yang didasarkan pada bunyi atau ucapannya. Contohnya adalah dalam surah Al-Baqarah ayat 275, Allah menghalalkan jual beli riba. Dalam ayat ini, riba memiliki makna yang tersurat berdasarkan bunyi atau ucapannya. Dalam artikel ini, kita telah membahas beberapa bentuk ta'wil yang sering digunakan dalam Al-Quran. Bentuk-bentuk ta'wil ini membantu kita untuk memahami ayat-ayat Al-Quran dengan lebih baik. Dengan memahami ta'wil ini, kita dapat mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran-ajaran yang terkandung dalam Al-Quran.