Ragam Bahasa Baku dan Non Baku: Studi Kasus di Kalangan Mahasiswa

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kaya dan beragam, dengan banyak variasi dan dialek yang digunakan di seluruh nusantara. Salah satu aspek yang menarik dari bahasa ini adalah adanya ragam bahasa baku dan non baku. Ragam bahasa baku adalah bentuk bahasa yang sesuai dengan kaidah dan norma yang berlaku, sedangkan ragam bahasa non baku adalah bentuk bahasa yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, tetapi tidak sesuai dengan kaidah dan norma yang berlaku. Studi kasus ini akan membahas penggunaan ragam bahasa baku dan non baku di kalangan mahasiswa.

Ragam Bahasa Baku: Definisi dan Contoh

Ragam bahasa baku adalah bentuk bahasa yang sesuai dengan kaidah dan norma yang berlaku. Bentuk bahasa ini biasanya digunakan dalam konteks formal, seperti dalam penulisan karya ilmiah, pidato, atau berita di media massa. Contoh ragam bahasa baku adalah penggunaan kata "mengapa" daripada "kenapa", atau "sepeda" daripada "pit".

Ragam Bahasa Non Baku: Definisi dan Contoh

Sebaliknya, ragam bahasa non baku adalah bentuk bahasa yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, tetapi tidak sesuai dengan kaidah dan norma yang berlaku. Bentuk bahasa ini biasanya digunakan dalam konteks informal, seperti dalam percakapan dengan teman atau keluarga. Contoh ragam bahasa non baku adalah penggunaan kata "gue" daripada "saya", atau "lo" daripada "kamu".

Penggunaan Ragam Bahasa Baku dan Non Baku di Kalangan Mahasiswa

Dalam studi kasus ini, ditemukan bahwa mahasiswa sering menggunakan ragam bahasa non baku dalam percakapan sehari-hari. Hal ini mungkin disebabkan oleh lingkungan sosial dan budaya di kampus, di mana mahasiswa sering berinteraksi dengan teman-teman sebaya yang juga menggunakan ragam bahasa non baku. Namun, dalam konteks formal, seperti saat menulis tugas atau presentasi, mahasiswa cenderung menggunakan ragam bahasa baku.

Implikasi dan Rekomendasi

Penggunaan ragam bahasa non baku di kalangan mahasiswa dapat memiliki beberapa implikasi. Pertama, hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mahasiswa dalam menggunakan ragam bahasa baku, yang penting dalam konteks formal. Kedua, hal ini juga dapat mempengaruhi persepsi orang lain terhadap mahasiswa, terutama dalam konteks profesional.

Oleh karena itu, disarankan agar mahasiswa lebih sering menggunakan ragam bahasa baku, terutama dalam konteks formal. Selain itu, institusi pendidikan juga perlu memberikan pelatihan dan pendidikan tentang pentingnya menggunakan ragam bahasa baku.

Dalam kesimpulannya, ragam bahasa baku dan non baku memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam komunikasi sehari-hari. Namun, penting bagi mahasiswa untuk memahami kapan dan di mana harus menggunakan ragam bahasa baku atau non baku, agar dapat berkomunikasi dengan efektif dan profesional.