Kongres Perempuan 1928: Membangun Persatuan dan Mempertahankan Hak Perempuan

Pada tanggal 22-25 Desember 1928, di Gedung Ndalem Joyodipuran, Yogyakarta, Kongres Perempuan pertama diadakan. Kongres ini dihadiri oleh 600 peserta dari 30 organisasi perempuan yang berbeda. Keberhasilan kongres ini dapat dikaitkan dengan kerja keras panitia penyelenggara yang terdiri dari organisasi Wanita Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Perempuan-perempuan Sarekat Islam, Perempuan-perempuan Jong Java, Aisyiyah, dan Wanita Taman Siswa. Penyelenggaraan Kongres Perempuan ini tidak terlepas dari peristiwa Kongres Sumpah Pemuda yang diadakan sebelumnya di Jakarta. Kongres ini bertujuan untuk menekankan pentingnya persatuan dalam mencegah perpecahan di kalangan organisasi perempuan, tanpa memandang perbedaan agama. Namun, kongres ini menghadapi beberapa perbedaan pendapat, terutama terkait dengan mosi reformasi perkawinan dan pendidikan, terutama di kalangan organisasi perempuan Islam yang menentang pendidikan bersama antara perempuan dan laki-laki. Selain itu, penghapusan poligami juga menjadi perdebatan di antara organisasi perempuan nasional dan Kristen. Meskipun menghadapi perbedaan pendapat, Kongres Perempuan yang berlangsung selama empat hari ini menghasilkan beberapa keputusan dan rekomendasi penting. Pertama, disepakatinya pembentukan federasi organisasi perempuan Indonesia, Persatoean Perempoean Indonesia (PPI), yang kemudian berubah nama menjadi Perserikatan Perhimpoenan Isteri Indonesia (PPII) setahun kemudian. Selain itu, PPII juga memutuskan untuk menerbitkan surat kabar secara mandiri. Kongres ini juga menekankan pentingnya mencegah pernikahan anak-anak, mendirikan Studie fonds, memperkuat pendidikan kepanduan putri, dan mengirimkan mosi kepada pemerintah untuk memberikan perhatian dan dukungan dana kepada janda dan anak-anak, menolak pencabutan tunjangan pensiun, dan memperbanyak pendirian sekolah-sekolah putri. Kongres Perempuan 1928 merupakan tonggak penting dalam perjuangan hak-hak perempuan di Indonesia. Melalui persatuan dan kerja sama antar organisasi perempuan, kongres ini berhasil menghasilkan keputusan dan rekomendasi yang bertujuan untuk memperkuat posisi perempuan dalam masyarakat. Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi, Kongres Perempuan ini memberikan dorongan dan inspirasi bagi perempuan Indonesia untuk terus berjuang dalam memperjuangkan hak-hak mereka.