Sifat Antisipatif Penciptaan dalam Kitab Kejadian

Penciptaan dunia adalah langkah awal menuju arah pencipta. Chr. Barth menegaskan hal ini dengan mengatakan bahwa penciptaan adalah karya sifat antisipatif atau future-oriented. Penciptaan memiliki kasih Allah yang kekal dan bertujuan pada persekutuan antara Allah dan ciptaan-Nya. Dalam Kitab Kejadian, sifat antisipatif atau future-oriented dari karya penciptaan dapat terlihat dalam kisah penciptaan langit dan bumi. Kisah ini sebenarnya terbagi atas dua bagian. Bagian pertama, Kejadian 1:1-2:4a, berasal dari kaum Imam (Priest). Bagian kedua, Kejadian 2:4b-25, berasal dari kaum Yahwis yang berusia lebih muda dari kaum Priest. Pada bagian pertama, kita melihat bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. Penciptaan ini adalah tindakan antisipatif, karena Allah menciptakan segala sesuatu dengan tujuan dan rencana untuk masa depan. Allah menciptakan langit dan bumi dengan penuh kasih dan bertujuan untuk membentuk persekutuan yang erat antara-Nya dan ciptaan-Nya. Pada bagian kedua, kita melihat bagaimana Allah menciptakan manusia. Allah menciptakan manusia dari debu tanah dan menghidupkannya dengan nafas hidup-Nya sendiri. Penciptaan manusia juga merupakan tindakan antisipatif, karena Allah menciptakan manusia dengan tujuan dan rencana untuk masa depan. Allah menciptakan manusia dengan penuh kasih dan bertujuan untuk membentuk persekutuan yang erat antara-Nya dan manusia. Dalam keseluruhan kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian, kita dapat melihat bahwa penciptaan adalah karya sifat antisipatif atau future-oriented. Allah menciptakan segala sesuatu dengan tujuan dan rencana untuk masa depan. Penciptaan adalah tindakan kasih Allah yang kekal dan bertujuan pada persekutuan antara Allah dan ciptaan-Nya.