Perjalanan Menjadi Dokter Tanpa Lomb

Saya adalah seorang siswa kelas 2 SMA yang memiliki impian menjadi seorang dokter. Namun, perjalanan hidupku tidaklah biasa. Meskipun tidak pernah mengikuti kegiatan lomba apapun, aku aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Palang Merah Remaja (PMR). Inilah kisahku tentang bagaimana aku menjalani kehidupan di sekolah dan meraih cita-citaku tanpa harus berlomba-lomba. Abstrak: Cerita ini mengisahkan tentang perjalanan hidupku sebagai seorang siswa kelas 2 SMA yang memiliki impian menjadi seorang dokter. Meskipun tidak pernah mengikuti kegiatan lomba, aku aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler PMR. Cerita ini akan mengungkapkan bagaimana aku menghadapi berbagai peristiwa dan tantangan dalam menjalani kehidupan sekolahku. Orientasi: Sejak kecil, aku selalu bercita-cita menjadi seorang dokter. Aku terinspirasi oleh dedikasi dan kepedulian para dokter dalam menyembuhkan orang-orang yang sakit. Namun, aku menyadari bahwa untuk mencapai impian itu, aku harus bekerja keras dan menghadapi berbagai tantangan. Komplikasi: Di sekolah, aku tidak pernah tertarik untuk mengikuti kegiatan lomba. Aku lebih memilih untuk fokus pada pelajaran dan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR. Meskipun banyak teman-temanku yang aktif dalam lomba dan meraih prestasi, aku tetap yakin bahwa aku bisa mencapai impianku tanpa harus berlomba-lomba. Evaluasi: Meskipun tidak mengikuti lomba, aku tetap aktif dalam kegiatan PMR. Aku belajar tentang pertolongan pertama, kesehatan, dan kepedulian terhadap sesama. Aku merasa bahwa kegiatan ini memberiku pengalaman yang berharga dan mempersiapkanku untuk menjadi seorang dokter di masa depan. Resolusi: Ketika aku lulus dari SMA, aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di fakultas kedokteran. Meskipun tidak memiliki prestasi lomba yang gemilang, aku yakin bahwa pengalaman dan pengetahuan yang aku dapatkan dari kegiatan PMR akan membantu aku dalam perjalanan menjadi seorang dokter yang baik. Koda: Sekarang, aku telah menjadi seorang dokter yang sukses. Aku merasa bangga dengan keputusanku untuk tidak mengikuti lomba dan fokus pada kegiatan PMR. Aku menyadari bahwa keberhasilan tidak selalu diukur dari prestasi lomba, tetapi juga dari dedikasi, kerja keras, dan kepedulian terhadap sesama.