Kehidupan Sederhana Kakek dan Cucu di Des

Di suatu desa, tinggallah seorang kakek renta bersama cucu-cucunya yang masih kecil. Kakek tersebut mencukupi kebutuhan sehari-hari dengan bekerja serabutan. Meskipun tenaganya sudah tidak sekuat dulu, ia tetap bekerja dengan alakadarnya. Kadang-kadang, kakek tersebut memetik daun talas untuk dijual kepada pemilik kolam ikan. Terkadang pula, ia mengandalkan hidupnya dari hasil menjual batang bambu. Bahkan, ada kalanya kakek tersebut mencangkul sawah tetangga. Suatu hari, datanglah musim panen. Salah seorang juragan padi meminta kakek tersebut untuk memanen padi bersama para pekerja lainnya, agar pekerjaan cepat selesai dalam beberapa hari saja. Setelah panen selesai, hasil panen dihitung dan disetorkan kepada juragan. Namun, hasil panen yang diterima oleh kakek tersebut jauh lebih sedikit dari biasanya. Kakek tersebut dituduh melakukan perbuatan korupsi, meskipun ia sudah menjelaskannya kepada juragan padi yang tidak percaya. Kakek pulang ke rumah dengan tangan hampa, tanpa membawa sepeser uang pun. Ia merasa bingung karena cucu-cucunya sudah menanti di rumah dan mereka pasti kelaparan. Meskipun sedih dan berat hati, kakek tersebut mencoba tetap ikhlas dan kembali ke rumah tanpa kesedihan yang terlihat. Ketika ia membuka pintu rumah, ia disambut oleh cucu-cucunya. Cucu tertua menyambut kakek dengan penuh kasih sayang. Cucu tersebut, yang sudah beranjak remaja, mulai mengerti segala kebutuhan kakek. Ia membantu menyediakan minum dan menyajikan makanan. "Upi?" tanya kakek begitu melihat cucunya menyajikan ubi rebus. Dalam kehidupan sederhana mereka di desa, kakek dan cucu-cucunya saling mendukung dan menjaga satu sama lain. Meskipun mereka menghadapi kesulitan, mereka tetap bersatu dan berusaha untuk tetap bahagia.