Menceritakan Kondisi Sosial Budaya dalam Novel "Rebusan Daun Jeruk Tujuh Macam

Dalam novel "Rebusan Daun Jeruk Tujuh Macam" karya Iskandar (2006), pengarang menggambarkan kondisi sosial budaya yang ada dalam cerita. Melalui kutipan di atas, pengarang menunjukkan betapa pentingnya minuman rebusan daun jeruk tersebut bagi karakter bernama Maliah. Namun, di balik kebutuhan akan minuman tersebut, terdapat pesan yang lebih dalam yang ingin disampaikan oleh pengarang. Pengarang menggunakan rebusan daun jeruk tujuh macam sebagai simbol dari kehidupan sehari-hari yang penuh dengan perjuangan dan keterbatasan. Dalam kutipan tersebut, Maliah menyatakan bahwa jika tidak minum rebusan tersebut, maka tidak akan ada manfaat yang didapatkan. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya minuman tersebut bagi kehidupan Maliah dan masyarakat sekitarnya. Selain itu, pengarang juga menunjukkan adanya perbedaan sosial budaya dalam novel ini. Maliah memanggil orang yang memberinya rebusan tersebut sebagai "kakak". Hal ini menunjukkan adanya hierarki sosial yang ada dalam masyarakat, di mana Maliah menghormati dan mengakui posisi sosial yang lebih tinggi dari orang yang memberinya minuman tersebut. Dalam konteks sosial budaya, pengarang ingin menyampaikan bahwa kehidupan sehari-hari masyarakat seringkali dipenuhi dengan perjuangan dan keterbatasan. Minuman rebusan daun jeruk tujuh macam menjadi simbol dari upaya untuk bertahan hidup dan mencari kebahagiaan di tengah keterbatasan tersebut. Selain itu, pengarang juga ingin menunjukkan adanya perbedaan sosial budaya yang ada dalam masyarakat, di mana hierarki sosial dan penghormatan terhadap posisi sosial masih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, melalui kutipan tersebut, pengarang berhasil menggambarkan kondisi sosial budaya yang ada dalam novel "Rebusan Daun Jeruk Tujuh Macam". Pengarang menggunakan simbol dan perbedaan sosial budaya untuk menyampaikan pesan tentang perjuangan hidup dan keterbatasan yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.