Analisis Keberlanjutan Keuangan PT. Mayangkara: Studi Kasus

PT. Mayangkara, sebuah perusahaan yang beroperasi di industri manufaktur, sedang menghadapi tantangan keuangan yang signifikan. Perusahaan ini ingin melakukan investasi perluasan pabrik dan membutuhkan dana investasi sebesar $Rp150 juta. Dana investasi ini akan sepenuhnya diinvestasikan dalam aset tetap, dengan nilai sisa sebesar $Rp10 juta. Umur ekonomis investasi diperkirakan 5 tahun, dengan metode penyusutan "straight line method". Pajak diperkirakan 40%, dan dana investasi akan diperoleh dari modal sendiri (40%), pinjaman bank (30%), dan obligasi (30%). Biaya modal sendiri sebesar 20%, biaya modal pinjaman bank 16%, dan biaya modal obligasi 18%. Bunga pinjaman bank dan obligasi akan dihitung berdasarkan biaya pinjaman dan biaya obligasi.

Untuk menghitung arus kas bersih investasi, perusahaan akan menggunakan teori "Weighted Average Cost of Capital". Perusahaan memprediksi penjualan dan biaya operasi tunai selama 5 tahun sebagai berikut:

* Tahun 1: 5.000 unit, $Rp17.500.000,-

* Tahun 2: 5.200 unit, $Rp19.000.000,-

* Tahun 3: 5.500 unit, $Rp20.000.000,-

* Tahun 4: 5.700 unit, $Rp20.500.000,-

* Tahun 5: 6.000 unit, $Rp22.500.000,-

Harga jual per unit tetap sama selama 5 tahun, yaitu $Rp12.000.

Untuk mengevaluasi keberlanjutan keuangan proyek ini, perusahaan perlu menyusun proyeksi laba rugi dan menghitung arus kas bersih investasi. Selanjutnya, perusahaan perlu menentukan Payback Period dan menghitung nilai sekarang hadir (NPV) dan indeks keuntungan (Profitability Index) untuk menentukan apakah proyek tersebut sebaiknya dilaksanakan atau tidak.

Dengan menganalisis keberlanjutan keuangan proyek ini, perusahaan dapat membuat keputusan yang berdasar dan memastikan bahwa investasi perluasan pabrik akan menghasilkan hasil yang positif.