Keadilan Tertunda: Menelisik Pelanggaran HAM dalam Peristiwa Tanjung Priok

Keadilan Tertunda: Menelisik Pelanggaran HAM dalam Peristiwa Tanjung Priok

Peristiwa Tanjung Priok pada tahun 1984 merupakan salah satu babak kelam dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini melibatkan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang besar dan hingga kini, keadilan masih belum sepenuhnya ditegakkan. Artikel ini akan menelisik lebih dalam tentang peristiwa tersebut dan bagaimana pelanggaran HAM terjadi.

Latar Belakang Peristiwa Tanjung Priok

Peristiwa Tanjung Priok bermula dari ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah yang dianggap otoriter dan tidak adil. Pada tanggal 12 September 1984, ribuan orang berkumpul di depan Markas Komando KODIM Tanjung Priok untuk melakukan demonstrasi. Namun, demonstrasi ini berakhir tragis ketika aparat keamanan membuka api dan menewaskan ratusan demonstran.

Pelanggaran HAM dalam Peristiwa Tanjung Priok

Pelanggaran HAM dalam peristiwa Tanjung Priok terjadi ketika aparat keamanan menggunakan kekerasan yang berlebihan terhadap demonstran. Menurut laporan Komnas HAM, sekitar 400 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka atau hilang. Selain itu, banyak juga yang ditangkap dan dianiaya tanpa proses hukum yang adil.

Upaya Penegakan Keadilan

Meski telah berlalu lebih dari tiga dekade, upaya penegakan keadilan untuk korban peristiwa Tanjung Priok masih terus berlangsung. Pada tahun 2003, Komnas HAM menyatakan bahwa peristiwa Tanjung Priok merupakan pelanggaran HAM berat dan merekomendasikan penuntasan kasus ini. Namun, hingga kini belum ada tindak lanjut yang signifikan dari pemerintah.

Keadilan Tertunda

Keadilan untuk korban peristiwa Tanjung Priok masih terasa jauh. Meski telah ada rekomendasi dari Komnas HAM, pemerintah belum menunjukkan komitmen yang kuat untuk menuntaskan kasus ini. Hal ini menunjukkan bahwa keadilan masih tertunda untuk korban peristiwa Tanjung Priok.

Peristiwa Tanjung Priok adalah contoh nyata dari pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Meski telah berlalu lama, luka yang ditimbulkan masih terasa hingga kini. Keadilan yang tertunda ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa penegakan HAM harus menjadi prioritas utama dalam setiap negara. Tanpa keadilan, hak asasi manusia hanya akan menjadi kata-kata kosong yang tidak memiliki makna.