Belajar Malu dari Putri Malu: Sebuah Refleksi tentang Rasa Malu Manusia **

Pendahuluan: Artikel ini membahas tentang tanaman Putri Malu (Mimosa pudica) dan bagaimana perilaku tanaman ini dapat menjadi cerminan bagi manusia. Penulis, Jaya Suprana, mengaitkan sifat sensitif Putri Malu dengan konsep "malu" dan menunjukkan bahwa tanaman ini, yang sering dianggap tidak memiliki perasaan, justru memiliki kemampuan untuk merasakan dan bereaksi terhadap lingkungannya. Isi: * Putri Malu sebagai Simbol Rasa Malu: Penulis mengemukakan bahwa Putri Malu, dengan kemampuannya untuk menutup daunnya saat disentuh, menunjukkan sifat "malu" yang nyata. Ia membandingkan reaksi Putri Malu dengan manusia yang mudah tersinggung dan menyebutnya sebagai "mimosa" dalam bahasa Jerman. * Putri Malu dan Kemampuan Berkomunikasi: Penulis menekankan bahwa Putri Malu, meskipun dianggap sebagai makhluk hidup kelas rendah, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Ia menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki perasaan dan bereaksi terhadap rangsangan seperti sentuhan, angin, dan cahaya matahari. * Refleksi tentang Rasa Malu Manusia: Penulis membandingkan perilaku Putri Malu dengan manusia yang seringkali kehilangan rasa malu. Ia menyoroti perilaku manusia yang tidak bermoral seperti menghujat, memfitnah, dan menindas sesama manusia. Kesimpulan: Artikel ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali makna rasa malu. Melalui contoh Putri Malu, penulis menunjukkan bahwa bahkan makhluk hidup yang dianggap sederhana pun memiliki perasaan dan kemampuan untuk berkomunikasi. Ia menyimpulkan bahwa manusia, yang seharusnya lebih beradab, justru seringkali kehilangan rasa malu dan melakukan tindakan yang tidak terpuji. Pesan Moral:** Artikel ini memberikan pesan moral yang kuat tentang pentingnya rasa malu dalam kehidupan manusia. Penulis mengajak pembaca untuk belajar dari Putri Malu dan menumbuhkan kembali rasa malu dalam diri agar dapat hidup dengan lebih bermartabat dan bertanggung jawab.