Ketika Salah Orang, Teman Sejati Tetap Ada **

"Hei, kamu! Kok kamu bisa di sini?" tanya Rara, matanya melotot tak percaya. "Eh, Rara? Kok kamu bisa salah orang sih?" jawab Dimas, terkekeh pelan. "Hah? Kamu bukan si Asep? Yang ngajakin ketemuan di kafe ini?" tanya Rara, bingung. "Asep? Siapa tuh? Aku Dimas, temen kamu waktu SMA dulu," jawab Dimas, sambil menunjuk ke arah meja di sudut kafe. "Itu dia si Asep, lagi ngobrol sama cewek." Rara terdiam, pipinya memerah. "Oh, maaf. Aku kira kamu si Asep. Dia ngajakin ketemuan di sini, tapi aku salah jalan." "Hahaha, santai aja. Aku ngerti kok. Lagian, kamu emang sering salah orang," Dimas tertawa. "Tapi, kamu tau kan? Temen sejati itu selalu ada buat kamu, meskipun kamu salah orang." Rara tersenyum, lega. "Iya, makasih ya, Dim. Aku kira kamu marah." "Marah? Buat apa? Aku malah seneng bisa ketemu kamu lagi. Udah lama banget kita nggak ngobrol," jawab Dimas. "Iya, bener juga. Eh, kamu mau pesen apa? Aku traktir deh, sebagai permintaan maaf karena salah orang," kata Rara. "Beneran? Wah, makasih ya, Ra. Aku mau minum kopi aja," jawab Dimas. Mereka berdua pun berbincang hangat, mengenang masa-masa SMA dulu. Rara merasa bersyukur memiliki teman seperti Dimas, yang selalu ada untuknya, meskipun dia sering salah orang. Kesimpulan:** Kisah ini menunjukkan bahwa persahabatan sejati tidak akan terpengaruh oleh kesalahan kecil seperti salah orang. Teman sejati akan tetap ada, mendukung dan memahami, bahkan ketika kita melakukan kesalahan. Persahabatan yang tulus akan selalu menjadi sumber kekuatan dan kebahagiaan dalam hidup.