Pengalaman Memediasi Konflik di Pertemanan: Menemukan Jalan Terang

Pada suatu hari di SMA, saya dan teman-teman saya tinggal di asrama. Di tengah kebersamaan kami, terjadi konflik antara teman saya, Yani, dan Yura. Konflik ini bermula ketika Yani kehilangan uang dan menuduh Yura sebagai pelakunya. Sebagai seorang yang ingin menjaga persatuan dan kesatuan di antara kami, saya memutuskan untuk menjadi penengah dalam konflik ini. Saya tidak memihak kepada salah satu pihak, melainkan berusaha untuk mendengarkan kedua belah pihak dengan objektif. Namun, meskipun saya berusaha menjadi penengah, konflik ini terus berlanjut dan tidak ada tanda-tanda penyelesaian yang jelas. Akhirnya, saya memutuskan untuk meminta bantuan dari ibu asrama untuk membantu menyelesaikan konflik ini. Dalam proses mediasi, kami berdiskusi dengan ibu asrama dan mengungkapkan perasaan dan argumen kami masing-masing. Melalui dialog yang terbuka dan jujur, kami akhirnya menemukan fakta bahwa Yura tidaklah bersalah dan bukan dia yang mencuri uang tersebut. Ternyata, ada orang lain di asrama yang melakukan tindakan tersebut. Penemuan ini membawa kami pada titik terang dalam konflik ini. Kami semua merasa lega dan merasa bahwa keadilan telah tercapai. Lebih dari itu, pengalaman ini mengajarkan kami pentingnya komunikasi yang baik, mendengarkan dengan empati, dan mencari solusi yang adil dalam menghadapi konflik. Pengalaman ini sangat berkesan bagi saya karena saya belajar bahwa menjadi penengah dalam konflik bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan kesabaran, keberanian, dan kemauan untuk mencari solusi yang adil, kita dapat menemukan jalan terang dalam konflik yang rumit sekalipun.