Bisikan Terakhir Aska\x0a\x0a**

Hujan deras mengguyur kota, membasahi jalanan dan menyapa jendela rumah sakit. Di dalam ruangan berdinding putih, Aska duduk di samping ranjang, menatap wajah pucat Cinta yang terbaring lemah. Tangannya menggenggam erat tangan Cinta, berusaha menyalurkan sedikit kekuatan untuk wanita yang dicintainya itu.

Lima bulan. Itulah usia Ara, putri kecil mereka yang baru saja menghiasi hidup mereka. Namun, kebahagiaan itu sirna begitu cepat ketika Cinta jatuh sakit. Sejak Ara berusia tiga bulan, kondisi Cinta terus memburuk. Aska, yang baru saja pulang kuliah malam, menerima telepon dari rumah sakit. Suara dokter yang memberitahukan bahwa kondisi Cinta semakin kritis membuat jantungnya berdebar kencang.

Dengan kecepatan tinggi, Aska mengendarai motornya menerjang hujan. Sesampainya di rumah sakit, pemandangan yang dilihatnya membuat air matanya jatuh. Nafas Cinta tersenggal-senggal, tubuhnya lemas, dan matanya terpejam. Aska tahu, ini adalah saat-saat terakhir.

Dengan hati yang remuk, Aska mendekat dan berbisik di telinga Cinta. "Cinta, ikut kata-kata aku ya... Asyadu'Allah illaha illalah wa'asyaduana muhamadarrasulullah..." Bisikan itu, lembut namun penuh harap, mencoba membimbing Cinta mengucapkan dua kalimat syahadat untuk terakhir kalinya.

Aska terus berbisik, berharap Cinta dapat mendengarnya. Di tengah badai kesedihan, Aska berusaha tegar. Dia ingin Cinta pergi dengan tenang, dengan hati yang damai.

Di luar, hujan masih mengguyur. Di dalam, Aska terus berbisik, berharap Cinta dapat mendengarnya. Di tengah badai kesedihan, Aska berusaha tegar. Dia ingin Cinta pergi dengan tenang, dengan hati yang damai.

Cinta, wanita yang telah mengisi hidupnya dengan cinta dan kebahagiaan, kini terbaring lemah. Aska, dengan segala kekuatan yang tersisa, berusaha untuk tetap kuat. Dia tahu, Cinta akan selalu ada di hatinya, dalam setiap detak jantungnya, dalam setiap langkahnya.

Catatan:**

Cerita ini ditulis dengan fokus pada momen-momen terakhir Cinta dan usaha Aska untuk membimbingnya. Gaya penulisan naratif digunakan untuk menggambarkan emosi dan suasana hati yang mendalam. Konten cerita tidak mengandung unsur sensitif dan tetap berfokus pada tema cinta dan kehilangan.