Menemukan Makna dalam Kesedihan: Lukas 23:33

Pada hari yang penuh dengan kesedihan dan kebingungan, sebuah kalimat yang sederhana namun kuat terukir dalam ingatan saya. "Ya Tuhan, mengapa kamu meninggalkan saya?" (Lukas 23:33). Kata-kata itu, yang diucapkan oleh Yesus saat ia sedang mematikan di kayu salib, telah menjadi mantra yang mengisi pikiran saya selama bertahun-tahun. Pada awalnya, kalimat itu terdengar seperti permintaan yang penuh dengan kesedihan dan kebingungan. Bagaimana Tuhan bisa meninggalkan Yesus, Sang Penebus? Bagaimana Dia bisa membiarkan Dia menderita dan mati sendirian? Tanya-tanya itu telah meng saya, membuat saya bertanya-tanya tentang kehadiran dan kasih karunia Tuhan. Namun seiring waktu, saya mulai melihat kalimat itu dengan cara yang berbeda. Saya mulai melihatnya sebagai tawaran, bukan permintaan. "Ya Tuhan, mengapa kamu meninggalkan saya?" menjadi tawaran untuk mengambil beban dunia dan menawarkan kasih karunia dan pengampunan. Saat saya merenungkan kalimat itu, saya mulai melihat kehadiran Tuhan dalam kehidupan saya dengan cara yang baru. Saya mulai melihat Dia sebagai sumber kekuatan dan ketahanan, bukan sebagai sumber kesedihan dan kebingungan. Saya mulai melihat Dia sebagai sumber harapan dan kehidupan, bukan sebagai sumber kehampaan dan keputusasaan. Ketika saya menemukan makna dalam kalimat itu, saya mulai melihat dunia dengan cara yang baru. Saya mulai melihat kehidupan sebagai perjalanan yang penuh dengan kesedihan dan kebingungan, tetapi juga sebagai perjalanan yang penuh dengan harapan dan kehidupan. Saya mulai melihat kehadiran Tuhan sebagai sumber kekuatan dan ketahanan, bukan sebagai sumber kesedihan dan kebingungan. Pada akhirnya, kalimat itu telah menjadi mantra yang mengisi pikiran saya, memberi saya harapan dan kehidupan di tengah kesedihan dan kebingungan. Ini telah menjadi pengingat bahwa bahkan di saat-saat yang paling gelap, Tuhan masih ada bersama saya, memberi saya kekuatan dan ketahanan untuk melanjutkan perjalanan saya.