Fakta Pahit Susu Kental Manis: Mengapa Kita Harus Berhenti Menganggapnya Sebagai Susu?

Susu kental manis telah lama menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Namun, apakah kita benar-benar menyadari apa yang kita minum? Baru-baru ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan aturan terkait susu kental manis, yang mengungkapkan fakta-fakta pahit tentang produk ini. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa kita harus berhenti menganggap susu kental manis sebagai susu sejati dan mengapa kita perlu memperhatikan apa yang kita minum. Pertama-tama, mari kita lihat apa yang sebenarnya terkandung dalam susu kental manis. Menurut BPOM, susu kental manis tidak mengandung susu sejati, melainkan sebagian besar terdiri dari gula. Dalam satu gelas susu kental manis, terdapat 42 gram gula, yang sama dengan batas maksimal konsumsi gula harian menurut Kementerian Kesehatan. Ini berarti bahwa mengonsumsi dua gelas susu kental manis sehari sama dengan mengonsumsi gula melebihi batas harian yang dianjurkan. Selain itu, iklan susu kental manis sering kali menyesatkan. Mereka mengklaim bahwa mengonsumsi dua gelas susu kental manis sehari akan memberikan tubuh kita asupan gizi maksimal. Namun, ini adalah informasi yang keliru dan melanggar Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Iklan semacam ini membuat konsumen percaya bahwa susu kental manis adalah sumber gizi yang baik, padahal kenyataannya tidak demikian. Dampak dari mengonsumsi susu kental manis secara berlebihan juga sangat berbahaya. Bagi orang dewasa, mengonsumsi dua gelas susu kental manis per hari dapat meningkatkan risiko diabetes. Bagi anak-anak, rasa manis berlebih dalam susu kental manis dapat membuat mereka kenyang prematur dan mengurangi nafsu makan. Hal ini dapat menyebabkan kasus gizi buruk, seperti yang terjadi di Kendari, di mana sejumlah anak balita menderita gizi buruk akibat terlalu sering mengonsumsi susu kental manis. Meskipun BPOM telah mengeluarkan aturan terkait susu kental manis, produsen masih belum mengambil tindakan yang memadai. Beberapa merek masih menampilkan gambar anak-anak dalam iklan dan kemasan, meskipun aturan melarang hal tersebut. Selain itu, produsen juga belum mengubah kemasan susu kental manis untuk menghilangkan kata "susu" dari labelnya. Hal ini menunjukkan bahwa produsen tidak merasa bersalah atas pembohongan puluhan tahun terkait susu kental manis. Sebagai konsumen yang cerdas, kita harus berhenti menganggap susu kental manis sebagai susu sejati. Kita perlu memperhatikan apa yang kita minum dan memilih alternatif yang lebih sehat. BPOM juga perlu melanjutkan pengawasannya terhadap produk lain yang memiliki kasus serupa, seperti jus kemasan yang mengandung gula berlebih. Dengan melakukan ini, kita dapat melindungi diri kita sendiri dan orang-orang terdekat dari risiko diabetes dan obesitas. Dalam kesimpulan, fakta pahit tentang susu kental manis harus membuat kita berhenti menganggapnya sebagai susu sejati. Kita harus memperhatikan apa yang kita minum dan memilih alternatif yang lebih sehat. BPOM juga perlu melanjutkan pengawasannya terhadap produk lain yang memiliki kasus serupa. Dengan melakukan ini, kita dapat menjaga kesehatan kita dan mencegah risiko penyakit yang tidak diinginkan.