Meniti Jejak Kakak, Ria dan Naysila Menuju Panggung JKT48 **

** Matahari sore mulai meredup saat Ria dan Naysila melangkah keluar dari gerbang sekolah. Wajah mereka masih dihiasi sisa-sisa kekecewaan akibat perundungan yang mereka alami di sekolah. Namun, seiring langkah mereka menuju mobil, senyum tipis mulai merekah di bibir mereka. Hari ini, mereka akan mengunjungi tempat yang selalu membuat hati mereka berdebar: Theater JKT48. "Pak, tolong langsung ke Theater JKT48 ya," pinta Ria kepada supir pribadi mereka. "Baik, Nona Ria," jawab Pak Budi, supir yang sudah seperti keluarga bagi mereka. Di dalam mobil, Ria dan Naysila sibuk bercerita tentang pengalaman mereka di sekolah. Naysila, yang lebih pendiam, hanya mendengarkan dengan saksama. Ria, yang lebih ekspresif, menceritakan bagaimana ia dan Naysila menghadapi perundungan dengan kepala tegak. "Aku tahu, Kak Shani selalu bilang, kita harus kuat dan jangan pernah menyerah," ujar Ria, matanya berbinar. "Dia selalu jadi inspirasiku." Saat mobil melaju, Pak Budi menerima telepon dari salah satu bodyguard Shani. "Pak, Nona Ria dan Nona Naysila akan tiba sebentar lagi. Mohon siapkan ruangan latihan," terdengar suara bodyguard Shani di seberang telepon. Ria dan Naysila saling berpandangan. Mereka tahu, kedatangan mereka akan disambut hangat oleh keenam kakak mereka: Shani, Gracia, Feni, Jinan, Cindy, dan Celine. Mereka adalah anggota JKT48, grup idola yang selalu menjadi kebanggaan keluarga mereka. "Kakak-kakak pasti senang kita datang," ujar Naysila, senyumnya merekah. Setibanya di Theater JKT48, Ria dan Naysila disambut dengan sorak sorai para bodyguard dan staf. Mereka langsung menuju ruangan latihan, di mana keenam kakak mereka sedang berlatih dengan semangat. "Ria! Naysila!" teriak Shani, berlari menghampiri mereka. Keenam kakak mereka bergantian memeluk Ria dan Naysila. Mereka begitu gembira melihat adik-adik mereka datang. "Kalian kenapa? Kok mukanya sedih?" tanya Gracia, memperhatikan wajah Ria dan Naysila. Ria dan Naysila menceritakan pengalaman mereka di sekolah. Keenam kakak mereka mendengarkan dengan saksama, sesekali mengelus kepala mereka dengan penuh kasih sayang. "Kalian hebat, adik-adikku," ujar Feni, memeluk Ria dan Naysila erat. "Jangan pernah menyerah, ya. Kalian punya kami, dan kami selalu ada untuk kalian." Ria dan Naysila merasa terharu. Mereka tahu, mereka tidak sendirian. Mereka memiliki keluarga yang selalu mendukung mereka, dan mereka memiliki mimpi yang sama: untuk menjadi seperti kakak-kakak mereka, menginspirasi banyak orang dengan bakat dan semangat mereka. Malam itu, Ria dan Naysila menyaksikan latihan JKT48 dari balik kaca. Mereka terpesona melihat kakak-kakak mereka bernyanyi dan menari dengan penuh semangat. Di hati mereka, terbersit tekad untuk terus berjuang, untuk meniti jejak kakak-kakak mereka, dan untuk menginspirasi banyak orang dengan semangat dan bakat mereka.