Perjuangan dan Kepemimpinan Jenderal Soedirman dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesi

Pada November 1946, pemilihan panglima besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Yogyakarta menjadi tonggak awal perjuangan Jenderal Soedirman dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Terpilihnya Soedirman sebagai Panglima Besar TKR menandai awal dari perlawanan sengit terhadap upaya kolonialisme kembali oleh Inggris dan Belanda.

Meskipun belum dilantik secara resmi, Soedirman memimpin pasukannya dalam menyerang pasukan Inggris dan Belanda di Ambarawa. Selain menghadapi serangan dari luar, pasukan Soedirman juga harus melawan pemberontakan PKI Madiun yang dipimpin oleh Musso pada 1948. Berbagai tantangan ini tidak menyurutkan semangat perlawanan Soedirman, meskipun ia menderita penyakit tuberkulosis.

Ketika Belanda melakukan Agresi Militer II pada Desember 1948, Soedirman tetap memimpin perlawanan meskipun dalam kondisi sakit. Meski Belanda berhasil menduduki Yogyakarta, Soedirman dan beberapa tentara serta dokter pribadinya melakukan gerilya selama tujuh bulan. Perlawanan ini akhirnya membuat Belanda menarik diri.

Meskipun ingin terus melawan Belanda, Soedirman ditolak oleh Presiden Soekarno karena mempertimbangkan masalah kesehatan sang jenderal. Namun, dalam kondisi sakit, Jenderal Soedirman diangkat menjadi panglima besar TNI di Republik Indonesia Serikat pada 27 Desember 1949. Tragisnya, Jenderal Soedirman meninggal dunia pada 29 Januari 1950, namun warisannya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia tetap dikenang hingga saat ini.