Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Bayi di Indonesia: Peran Pelayanan Kesehatan Keluarg

Indonesia, sebagai negara dengan populasi yang besar, menghadapi tantangan signifikan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Meskipun telah menunjukkan penurunan dalam beberapa tahun terakhir, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Menurut RPJMN 2024, target AKI adalah 192 per 100.000 kelahiran hidup, dan target AKB adalah 12 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (44%) dan eklampsi (20%), sedangkan penyebab utama kematian bayi adalah BBLR (25%) dan asfiksia (25%). Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dilakukan di Puskesmas, Pustu, Posyandu, dan kunjungan rumah. Terdapat paket pelayanan ANC terpadu dengan 10T, pelayanan persalinan normal dan penanganan komplikasi, serta pelayanan nifas dan bayi baru lahir. Contoh kegiatan di Posyandu adalah kelas ibu hamil, pemantauan status gizi ibu hamil, dan edukasi perawatan neonatal. Selain itu, pelayanan neonatal esensial dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) juga dilakukan di Puskesmas, Pustu, Posyandu, dan kunjungan rumah. Puskesmas mampu PONED untuk BBLR, dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dilakukan secara rutin dengan pengukuran antropometri dan deteksi dini tumbuh kembang. Pemberian imunisasi rutin lengkap juga dilakukan di Puskesmas, Pustu, dan Posyandu. Untuk memastikan efektivitas pelayanan kesehatan keluarga, terdapat aplikasi digital untuk pencatatan dan pelaporan pelayanan KIA, seperti e-Kohort, MPDN, SiGizi Terpadu, dll. Selain itu, monitoring dan evaluasi penurunan AKI dan AKB dilakukan secara berjenjang, baik melalui supervisi fasilitatif, pemantauan langsung, maupun pemanfaatan fasilitas di aplikasi. Secara keseluruhan, meningkatkan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia memerlukan upaya bersama dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Dengan meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan ibu dan bayi, serta menggunakan teknologi digital untuk memantau dan mengevaluasi program, kita dapat mencapai target RPJMN 2024 dan mengurangi angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.