Generasi Gap: Tantangan dan Peluang dalam Penerapan Teknologi di Desa **

Perkembangan teknologi yang pesat membawa angin segar bagi pembangunan desa. Namun, di balik potensi besar ini, tersimpan pula potensi konflik antara generasi muda dan generasi tua. Perbedaan pandangan mengenai penggunaan teknologi baru menjadi salah satu pemicu utama. Generasi muda, yang akrab dengan teknologi digital, cenderung melihatnya sebagai alat untuk mempermudah kehidupan, meningkatkan efisiensi, dan membuka peluang baru. Mereka antusias dalam mengadopsi teknologi baru, seperti platform e-commerce untuk memasarkan produk lokal, aplikasi pertanian pintar untuk meningkatkan hasil panen, atau sistem informasi desa untuk meningkatkan transparansi dan akses informasi. Di sisi lain, generasi tua mungkin memiliki pandangan yang berbeda. Mereka mungkin merasa kesulitan beradaptasi dengan teknologi baru, khawatir akan hilangnya nilai-nilai tradisional, atau takut akan dampak negatif teknologi terhadap kehidupan sosial. Ketakutan akan kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi, kesulitan mengakses informasi digital, dan kurangnya literasi digital juga menjadi faktor penghambat. Perbedaan pandangan ini dapat memicu konflik dalam berbagai aspek. Misalnya, generasi muda mungkin merasa frustrasi karena generasi tua menolak ide-ide baru yang mereka usulkan. Sebaliknya, generasi tua mungkin merasa dikucilkan dan tidak dihargai karena pengalaman dan kearifan lokal mereka dianggap tidak relevan. Namun, konflik ini tidak harus menjadi penghalang. Justru, perbedaan pandangan ini dapat menjadi peluang untuk membangun sinergi dan kolaborasi yang lebih kuat. Generasi muda dapat berperan sebagai jembatan untuk memperkenalkan teknologi baru kepada generasi tua, sementara generasi tua dapat memberikan kearifan lokal dan pengalaman mereka untuk memandu penerapan teknologi yang tepat dan berkelanjutan. Kesimpulan:** Perbedaan pandangan antara generasi muda dan generasi tua mengenai penggunaan teknologi baru di desa merupakan tantangan yang harus diatasi. Namun, dengan komunikasi yang terbuka, saling pengertian, dan kolaborasi yang kuat, perbedaan ini dapat menjadi peluang untuk membangun desa yang lebih maju, sejahtera, dan berkelanjutan.