Kudeta APRA dan Pengaruhnya terhadap Pembubaran Republik Indonesia Serikat

Kudeta APRA yang dilancarkan oleh Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pada tanggal 23 Januari 1950 memiliki dampak yang signifikan terhadap pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS) dan kembalinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950. Kudeta ini dipimpin oleh Kapten KNIL Raymond Westerling, yang memandang dirinya sebagai sang "Ratu Adil" yang akan membebaskan rakyat Indonesia dari tirani. APRA didirikan oleh Westerling pada tanggal 15 Januari 1949 dan bersekongkol dengan Sultan Hamid II untuk mempertahankan negara federasi yang dibentuk Belanda. Mereka berusaha melawan NKRI yang dipimpin oleh Soekarno-Hatta. Pada saat itu, RIS masih berdiri sebagai bentuk pemerintahan Indonesia yang baru. Pada tanggal 23 Januari 1950, APRA melancarkan serangan kudeta terhadap Pemerintah Republik Indonesia. Mereka berhasil menduduki wilayah Bandung dan menewaskan beberapa tokoh bangsa, termasuk Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX dan Sekretaris Jenderal Ali Budiardjo. Namun, upaya kudeta ini akhirnya gagal dan Westerling terpaksa melarikan diri ke Singapura. Kegagalan kudeta APRA ini mempercepat pembubaran RIS dan kembalinya NKRI pada tanggal 17 Agustus 1950. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa bentuk federasi tidak efektif dan menyebabkan ketidakstabilan politik. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk kembali ke bentuk negara kesatuan yang lebih kokoh. Pengaruh kudeta APRA terhadap pembubaran RIS dan kembalinya NKRI sangat signifikan. Kudeta ini menjadi salah satu faktor penting yang mempercepat perubahan politik di Indonesia. Meskipun kudeta ini gagal, tetapi dampaknya terhadap perjalanan sejarah Indonesia tidak dapat diabaikan. Dalam kesimpulan, kudeta APRA yang dilancarkan oleh Westerling memiliki pengaruh yang besar terhadap pembubaran RIS dan kembalinya NKRI. Kudeta ini mempercepat perubahan politik di Indonesia dan menjadi salah satu momen penting dalam sejarah bangsa. Meskipun kudeta ini gagal, tetapi dampaknya masih terasa hingga saat ini.