Strategi Pengendalian Korupsi dalam Proyek Penerapan KTP Elektronik di Indonesi

Kasus korupsi proyek penerapan KTP Elektronik merupakan salah satu contoh kasus korupsi di sektor pengadaan barang dan jasa (PBJ) di Indonesia. Kerugian negara akibat korupsi KTP Elektronik ini tebilang sangat besar yakni sebesar Rp. 2,3 triliun dari total dana proyek yang dianggarkan sebesar Rp. 5,9 triliun. Artinya hampir 50% dana proyek KTP Elektronik ini telah dikorupsi. Sebagaimana kasus korupsi PBJ yang banyak terjadi selama ini, kasus korupsi KTP Elektronik juga melibatkan banyak pihak, baik dari swasta yakni pemenang dan pemegang tender, maupun pemerintah yang kemudian melakukan persekongkolan dengan pihak pemegang tender proyek tersebut. Hampir 80 persen kasus korupsi yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berasal dari sektor pengadaan barang dan jasa (Kompas.com, 28/9/17). Dalam menghadapi kasus korupsi seperti proyek penerapan KTP Elektronik, pengendalian korupsi menjadi sangat penting. Terdapat tiga langkah pengendalian yang dapat diambil, yaitu: 1. Feed Forward Control: Langkah pertama yang harus diambil adalah melakukan pengendalian sebelum hal itu terjadi. Dalam konteks proyek penerapan KTP Elektronik, feed forward control dapat dilakukan dengan melakukan seleksi yang ketat terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam proyek tersebut. Proses seleksi yang transparan dan adil akan mengurangi kemungkinan terjadinya korupsi. Selain itu, perlu juga dilakukan pengawasan yang ketat terhadap proses pengadaan barang dan jasa, serta penerapan sistem pengendalian internal yang efektif. 2. Concurrent Control: Langkah kedua adalah melakukan pengendalian pada saat terjadi. Dalam hal ini, penting untuk memiliki mekanisme pengawasan yang efektif selama pelaksanaan proyek penerapan KTP Elektronik. Pengawasan yang ketat terhadap penggunaan dana proyek, pelaksanaan pekerjaan, dan kinerja pihak-pihak yang terlibat akan membantu mencegah terjadinya korupsi. Selain itu, perlu juga dilakukan audit internal secara berkala untuk memastikan bahwa proyek berjalan sesuai dengan rencana dan tidak ada indikasi korupsi. 3. Feedback Control: Langkah terakhir adalah melakukan pengendalian setelah hal itu terjadi. Dalam hal ini, penting untuk memiliki mekanisme pelaporan dan penanganan kasus korupsi yang efektif. Pihak yang menemukan indikasi korupsi harus dapat melaporkan secara anonim dan aman. Selain itu, perlu juga dilakukan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku korupsi. Proses hukum yang adil dan transparan akan memberikan efek jera bagi pelaku korupsi dan mencegah terjadinya korupsi di masa depan. Dengan mengimplementasikan strategi pengendalian korupsi yang komprehensif, diharapkan kasus korupsi seperti proyek penerapan KTP Elektronik dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Pengendalian korupsi yang efektif akan membantu meningkatkan kualitas pengadaan barang dan jasa di Indonesia, serta melindungi keuangan negara dari kerugian akibat korupsi.