Sikap Protektif Ayahku yang Membuatku Merasa Tertekan

Saya, Syafa Dwi Putri, adalah seorang siswi SMA yang tinggal bersama Ayah dan dua saudara perempuan saya. Ayah saya adalah sosok yang tegas, taat beribadah, penuh kasih sayang, ceria, dan pekerja keras. Meskipun beliau tegas, beliau tidak membeda-bedakan kasih sayangnya terhadap kami. Namun, semenjak Ibuku tiada, sikap Ayah berubah menjadi pendiam dan sangat protektif terhadap kami. Diamnya Ayah terkadang membuat kami merasa takut untuk berbicara dengannya, dan sikap protektifnya membuat kami merasa tertekan dan terkekang. Ayah saya bekerja dengan sangat keras untuk memenuhi kebutuhan hidup kami serta biaya pendidikan kami. Sejak Ibuku tiada, Ayah menjadi semakin tegas dan sikapnya mulai berubah. Beliau yang awalnya ceria berubah menjadi pendiam. Beliau juga menjadi sangat protektif terhadap kami, terutama karena kami semua adalah perempuan. Diamnya Ayah terkadang membuat kami merasa takut untuk berbicara dengannya. Dia juga sibuk bekerja mencari nafkah untuk melanjutkan hidup. Selama ini, Ayah banyak berada di rumah karena tidak memiliki pekerjaan tetap, sedangkan Ibuku dulunya berprofesi sebagai guru. Oleh karena itu, sekarang Ayah mati-matian mencari uang. Saya yang tidak dekat dengan Ayah menjadi semakin canggung dengan perubahan sikap Ayah yang menjadi pendiam dari biasanya. Ditambah sikap protektifnya yang terkadang membuatku merasa tertekan dan terkekang. Pernah suatu hari, saya menelepon Ayah untuk memberitahu bahwa saya akan pulang telat karena ada tugas kelompok yang harus dikerjakan bersama teman-teman. Namun, Ayah menjawab dengan tegas dan memerintahkan saya untuk pulang sebelum magrib. Mendengar jawaban Ayah yang seperti itu membuat saya merasa kesal karena saya bukan anak kecil lagi. Namun, saya hanya bisa diam dan mengiyakan apa yang dibilang Ayah. Parahnya lagi, ketika saya ingin pergi hangout dengan teman-teman, Ayah akan menanyakan banyak pertanyaan dan menekankan agar saya tidak berlama-lama dan pulang sebelum hari mulai gelap. Padahal, saya ingin berlama-lama bersama teman-teman saya, terutama dalam perkumpulan perempuan di mana banyak hal yang ingin diceritakan dan butuh waktu yang cukup lama. Sehingga akhirnya, kakak saya akan mengantar dan menemaniku berkumpul dengan teman-temanku agar Ayah mengiyakan permintaanku. Namun, seiring berjalannya waktu, saya pun sadar bahwa apa yang dilakukan Ayah ada positifnya. Saya menyadari bahwa sikap protektif Ayah juga untuk kebaikan saya sendiri. Sesuai dengan kepercayaan yang saya imani, sebagai seorang perempuan lebih baik untuk banyak menghabiskan waktu di rumah. Saya juga bisa menggunakan waktu luang untuk menghabiskan waktu dengan keluarga dan diri sendiri, serta terhindar dari pergaulan bebas yang sekarang ini banyak terjadi di kalangan remaja. Itulah kenapa sekarang ini, saya selalu menuruti kata Ayah. Meskipun sikapnya terkadang membuat saya merasa tertekan, saya menyadari bahwa Ayahku adalah yang terbaik bagi saya.