Mengidentifikasi UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Indonesia: Sebuah Tinjauan Berdasarkan Klasifikasi K.C. Wheare **

Konstitusi merupakan hukum dasar yang mengatur penyelenggaraan negara. Di Indonesia, UUD 1945 berperan sebagai konstitusi negara. Untuk memahami posisi UUD 1945 dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, kita dapat merujuk pada klasifikasi konstitusi yang dikemukakan oleh K.C. Wheare. K.C. Wheare, seorang ahli hukum tata negara, membagi konstitusi menjadi dua jenis: konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis. Konstitusi tertulis adalah konstitusi yang tertuang dalam dokumen resmi yang memuat aturan-aturan dasar negara. Sementara itu, konstitusi tidak tertulis adalah konstitusi yang tidak tertuang dalam dokumen resmi, melainkan bersumber dari kebiasaan, tradisi, dan yurisprudensi. UUD 1945 termasuk dalam kategori konstitusi tertulis. Hal ini karena UUD 1945 merupakan dokumen resmi yang memuat aturan-aturan dasar negara Indonesia. Dokumen ini disusun dan disahkan oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Selain itu, UUD 1945 juga dapat dikategorikan sebagai konstitusi kaku. Konstitusi kaku adalah konstitusi yang sulit diubah. Perubahan UUD 1945 diatur dalam Pasal 37 dan Pasal 38 UUD 1945, yang mensyaratkan persetujuan mayoritas anggota DPR dan persetujuan 2/3 anggota MPR. Kesimpulan: Berdasarkan klasifikasi K.C. Wheare, UUD 1945 dapat dikategorikan sebagai konstitusi tertulis dan konstitusi kaku. Hal ini menunjukkan bahwa UUD 1945 merupakan hukum dasar negara yang memiliki kekuatan hukum tertinggi dan sulit diubah. Wawasan:** Penting untuk memahami klasifikasi konstitusi agar kita dapat memahami posisi UUD 1945 dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Dengan memahami klasifikasi ini, kita dapat lebih menghargai pentingnya UUD 1945 sebagai landasan hukum bagi penyelenggaraan negara dan kehidupan berbangsa di Indonesia.