Air Mata Ria di Balik Panggung **

Ria, Gracia, dan Feni, tiga adik perempuan yang selalu ceria, tengah menemani ketiga kakak laki-lakinya latihan teater. Suasana riuh rendah, penuh dengan tawa dan semangat. Ria, yang paling kecil, bersemangat membantu kakaknya, bahkan rela duduk di barisan depan untuk memberikan dukungan moral. Namun, takdir berkata lain. Saat kakaknya sedang berlatih adegan menegangkan, Ria tak sengaja menjatuhkan ponselnya. Ponsel itu terjatuh tepat di tengah panggung, menimbulkan suara berisik yang mengagetkan semua orang. "Ria! Kamu ngapain sih?!" teriak kakak pertamanya, wajahnya merah padam menahan amarah. "Iya, Ria! Konsentrasi kita jadi buyar gara-gara kamu!" timpal kakak keduanya. Ria terdiam, air matanya mulai menetes. Ia merasa sangat bersalah, dan tak mengerti mengapa kakaknya begitu marah. Ia hanya ingin membantu, dan tak bermaksud mengganggu latihan mereka. "Kak, aku cuma mau bantu. Aku nggak sengaja," lirih Ria, suaranya bergetar. "Nggak sengaja? Nggak sengaja bisa bikin orang marah, Ria!" bentak kakak ketiganya. Ria semakin terisak. Ia merasa tak berdaya, terjebak dalam amarah kakaknya. Ia hanya ingin bercerita, ingin menjelaskan bahwa ia tak bermaksud jahat. Namun, kata-kata kakaknya membuatnya semakin terpuruk. "Kak, aku sedih. Aku cuma mau bantu, tapi kok kalian marah?" tanya Ria, suaranya teredam tangis. Ketiga kakaknya terdiam. Mereka baru menyadari bahwa amarah mereka telah melukai hati Ria. "Maaf, Ria. Kita terlalu emosi," ucap kakak pertamanya, suaranya lembut. "Iya, Ria. Kita salah. Kita harusnya lebih sabar," tambah kakak keduanya. "Maaf ya, Ria. Kita sayang kamu," kata kakak ketiganya, sambil mengelus kepala Ria. Ria terdiam, air matanya masih menetes. Namun, kali ini, air matanya bukan lagi air mata kesedihan, melainkan air mata kelegaan. Ia merasa dicintai, dan dihargai oleh kakaknya. Pesan:** Kisah Ria mengajarkan kita bahwa emosi bisa meledak kapan saja, bahkan dalam situasi yang sederhana. Namun, penting untuk selalu ingat bahwa di balik amarah, terkadang tersembunyi rasa sayang dan perhatian. Ketika kita merasa marah, cobalah untuk menahan diri dan berpikir jernih. Ingatlah bahwa kata-kata yang keluar dari mulut kita bisa melukai hati orang lain.