Menelisik Makna 'Ladies First' dalam Konteks Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender telah menjadi bahasan penting dalam beberapa dekade terakhir, mendorong perubahan sosial dan paradigma berpikir. Di tengah gelombang perubahan ini, muncul pertanyaan menarik tentang relevansi norma-norma tradisional seperti "ladies first" dalam konteks kesetaraan gender. Apakah ungkapan ini masih relevan, ataukah justru memperkuat stereotip yang ingin dihapuskan?

Menelusuri Akar Historis 'Ladies First'

Untuk memahami dilema ini, penting untuk menelusuri akar historis "ladies first". Frasa ini, yang berakar dari budaya Barat abad pertengahan, awalnya merepresentasikan penghormatan dan etiket terhadap perempuan. Pada masa itu, perempuan dianggap sebagai makhluk yang lebih lemah dan membutuhkan perlindungan, sehingga "ladies first" menjadi norma sosial yang umum.

'Ladies First' dalam Lensa Kesetaraan Gender

Namun, dalam lensa kesetaraan gender, "ladies first" memunculkan perdebatan. Di satu sisi, ungkapan ini dapat dianggap sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap perempuan. Memberikan prioritas kepada perempuan dalam situasi tertentu, seperti mempersilakan mereka masuk terlebih dahulu atau memberikan tempat duduk, dapat diartikan sebagai bentuk kesopanan.

Di sisi lain, "ladies first" juga dapat dipandang sebagai bentuk stereotip gender yang merugikan. Ungkapan ini secara implisit mengasumsikan bahwa perempuan lebih lemah dan membutuhkan perlakuan khusus, yang bertentangan dengan prinsip kesetaraan gender yang menekankan kesamaan hak dan kesempatan.

Menemukan Makna yang Relevan

Lantas, bagaimana kita memaknai "ladies first" dalam konteks kesetaraan gender? Penting untuk diingat bahwa etiket dan kesopanan tidak selalu bertentangan dengan kesetaraan. Memberikan prioritas kepada seseorang, terlepas dari gendernya, dalam situasi tertentu adalah bentuk penghormatan dan kepedulian.

Namun, kesetaraan gender menuntut kita untuk bergerak melampaui stereotip dan asumsi gender. "Ladies first" seharusnya tidak dipahami sebagai kewajiban atau keharusan, melainkan sebagai pilihan yang didasarkan pada rasa hormat dan kepedulian, bukan pada asumsi gender.

Kesetaraan gender adalah tentang menciptakan masyarakat yang adil dan setara bagi semua orang, terlepas dari gender mereka. Dalam konteks ini, "ladies first" dapat tetap relevan sebagai bentuk etiket dan penghormatan, selama tidak melanggengkan stereotip gender yang merugikan. Yang terpenting adalah memperlakukan semua orang dengan hormat dan setara, tanpa memandang gender mereka.