Pulang Kampung Arju

(Adegan: Di dalam kereta api. Arjuna menatap pemandangan sawah melalui jendela. Telepon berdering.) Arjuna: (Menjawab telepon) Halo, Ma? Mama (suara dari telepon): Arjuna, Nak? Sudah sampai mana? Arjuna: Sebentar lagi sampai, Ma. Kereta sudah mendekati pedesaan. Mama: Baguslah. Bagaimana kabar Ayah dan Ibu di sana? Arjuna: Baik, Ma? Ayah lagi sibuk? Mama: Sangat. Ayahmu sedang mengantar kargo bersama timnya. Dia lelah sekali. Arjuna: Oh… Mama: Arjuna, Nak. Jangan merepotkan Bibimu Ayana ya. Dia sudah tua. Arjuna: (Datar) Iya, Ma. (Suara pengeras suara kereta terdengar. Kereta berhenti.) Masinis (suara pengeras suara): Stasiun [Nama Stasiun], tujuan akhir. Penumpang yang akan turun, dipersilakan turun dengan tertib. Arjuna: (Menutup telepon) Maaf, Ma. Kereta sudah sampai. (Arjuna turun dari kereta dan melihat sekeliling stasiun yang kecil. Ia menunggu.) (Beberapa jam kemudian, Ayana datang. Ia cantik dan mengenakan daster tipis.) Ayana: Arjuna! Kamu sudah sampai? Maaf ya, aku agak terlambat. Arjuna: (Terpesona) Bi… Bini… Tidak apa-apa, Bi. Ayana: Bagaimana kabarmu di luar negeri? Ceritakan semuanya! Arjuna: (Terbata-bata) Ehm… Baik, Bi. Sibuk… banyak… kerja… Ayana: (Tertawa kecil) Kau tampak berbeda, Arjuna. Lebih pendiam. Ayo, kita pulang. Rumahku tidak jauh dari sini. (Mereka berjalan menuju rumah joglo Ayana. Arjuna masih terdiam, pikirannya melayang pada pemandangan sawah yang hijau dan kecantikan Bibinya yang membuatnya terpesona. Ia merasakan kedamaian yang tak pernah ia rasakan di kota besar tempat ia tinggal.) (Arjuna merasakan sebuah kehangatan dan ketenangan yang tak terduga di kampung halaman ibunya. Pertemuan dengan Bibinya yang cantik dan ramah, serta pemandangan pedesaan yang menenangkan, telah memberikannya sebuah perspektif baru tentang kehidupan.)