Jejak Sejarah Desa Ujunggebang: Dari Ajaran Sekh Lemah Abang hingga Kearifan Lokal **

Desa Ujunggebang, yang terletak di ujung barat laut Kabupaten Cirebon, menyimpan sejarah panjang yang erat kaitannya dengan tokoh spiritual berpengaruh, Sekh Lemah Abang. Kisah ini bermula dari masa pemerintahan Sunan Gunung Jati di Keraton Pakungwati Cirebon. Pada masa itu, P. Carbon, putra Mbah Kuwu Cakra Buana, memimpin pasukan Keraton Pakungwati sebagai Senopati Yuda Laga. Salah satu bawahannya yang setia dan pemberani adalah Anyung Brata, yang selalu berada di garis depan dalam menghadapi berbagai konflik. Untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, P. Carbon dan Anyung Brata berguru kepada Sekh Lemah Abang, seorang Wali yang dikenal dengan ajaran Si'ah Munta Dzar atau paham Wihdatul Wujud. Ajaran ini menekankan kesatuan antara manusia dan Tuhan. Namun, ajaran Sekh Lemah Abang dianggap menyimpang oleh Dewan Wali dan para penguasa di Jawa, termasuk Sultan Demak. Mereka khawatir ajaran tersebut akan mengganggu penyebaran Islam yang lebih ortodoks. Akibatnya, Sultan Demak mengirimkan pasukan untuk menangkap dan membunuh Sekh Lemah Abang. Hal ini menimbulkan ketegangan di Keraton Pakungwati, karena sebagian besar pasukannya adalah murid Sekh Lemah Abang. Untuk menghindari pertumpahan darah, para sesepuh Cirebon, termasuk Mbah Kuwu Cirebon dan Pangeran Carbon, memutuskan untuk mengadili Sekh Lemah Abang saja. Sidang digelar di Masjid Agung Sang Ciptarasa Cirebon. Peristiwa ini meninggalkan jejak yang mendalam di Desa Ujunggebang. Para bekas murid Sekh Lemah Abang terus diawasi oleh para penganut aliran Islam lainnya. Meskipun demikian, Desa Ujunggebang tetap mempertahankan tradisi dan kearifan lokalnya. Masyarakatnya masih kuat dalam melestarikan adat istiadat dan memiliki berbagai jenis kesenian. Desa ini juga memiliki hutan lindung dan 9 pecanden/petilasan, yang menjadi bukti sejarah dan budaya yang kaya. Penutup:** Kisah Desa Ujunggebang menunjukkan bagaimana sejarah dan budaya dapat saling terkait. Ajaran Sekh Lemah Abang, meskipun kontroversial, telah meninggalkan jejak yang kuat di wilayah ini. Warisan budaya dan kearifan lokal yang diwariskan oleh para leluhur terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Ujunggebang hingga saat ini.