4 (185 suara) Naura, seorang anak yang suka bereksperimen, memutuskan untuk membuat es krim kelapa. Dia mengumpulkan bahan-bahan dan mulai mencampur. Setelah beberapa saat, Naura berhasil membuat es krim kelapa yang lezat. Dia sangat bangga dengan pencapaiannya dan membagikannya dengan teman-temannya. Mereka semua senang mencicipinya dan memberikan pujian kepada Naura. Naura merasa bahagia karena berhasil membuat es krim kelapa yang enak.
Pilkada Tulungagung yang semakin dekat, menimbulkan euforia dan antusiasme di tengah masyarakat. Namun, di balik euforia tersebut, terdapat potensi bahaya yang mengintai, yaitu penipuan mengatasnamakan pasangan calon (paslon). Baru-baru ini, terjadi kasus seorang oknum yang meminta sumbangan kepada masyarakat di Kelurahan Botoran, Kecamatan Kota Tulungagung, dengan mengatasnamakan tim paslon Maryoto Bhirowo dan Didik Girnoto Yekti (Mardinoto). Kejadian ini menjadi bukti nyata bahwa kesempatan bisa dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mencari keuntungan dengan cara kotor. Maryoto Bhirowo sendiri menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menyuruh siapapun untuk meminta sumbangan dan tidak mengenal orang yang mencatut namanya. Didik Girnoto Yekti pun menyatakan keprihatinannya atas kejadian tersebut. Tim pemenangan paslon pun menghimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap modus-modus penipuan dan segera melaporkan kejadian yang mencurigakan kepada aparat penegak hukum terdekat. Pesan: Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Pilkada memang momen penting, namun jangan sampai kita terlena dan menjadi korban penipuan. Mari kita tetap berhati-hati, cerdas, dan tidak mudah terbuai oleh iming-iming yang mengatasnamakan paslon. Ingat, kejujuran dan integritas harus menjadi pedoman kita dalam menjalankan hak pilih di Pilkada Tulungagung.
Matahari pagi menyinari mansion megah keluarga Natio. Di dalam ruangan kerja Argantara, sang kepala keluarga, suasana mencekam. Ria, si bungsu, terkulai lemas di pelukan Shani, kakaknya. Air mata membasahi pipinya, menceritakan kisah pahit tentang perundungan yang dialaminya di sekolah. Argantara, yang biasanya tenang, kini wajahnya dipenuhi amarah. Ia tak terima melihat putri kesayangannya terluka. "Cari tahu siapa yang berani menyakiti Ria!" perintah Argantara kepada orang kepercayaannya. Demam menggerogoti tubuh Ria. Ia tak berdaya, hanya bisa terbaring lemah di ranjangnya. Shani, Gracia, dan Feni, ketiga kakak Ria, setia menemaninya. Mereka bergantian mengompres dahi Ria, berharap demamnya segera reda. Keesokan harinya, Argantara, bersama Ria dan ketiga kakaknya, datang ke sekolah. Tekad bulat terpancar dari mata Argantara. Ia tak akan membiarkan siapa pun yang menyakiti Ria lolos begitu saja. Di lapangan sekolah, seluruh siswa-siswi berkumpul. Ria, dengan tubuh yang masih lemas, berdiri di hadapan mereka. Ia menunjuk pelaku perundungan, dan dengan tegas menceritakan semua yang terjadi. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun memperlakukanmu seperti ini lagi, Ria," bisik Shani, menenangkan adiknya. Sore itu, Ria kembali ke mansion. Sang ayah harus menghadiri rapat mendadak, sehingga ketiga kakaknya bergantian menemaninya. Ria terbangun dari tidurnya, haus menggerogoti tenggorokannya. "Shani, aku haus," lirih Ria. Shani segera mengambil segelas air dan menyodorkannya kepada Ria. "Tenang, Ria. Kami akan selalu ada untukmu," ujar Shani, sambil mengelus lembut rambut Ria. Wawasan: Kisah Ria mengingatkan kita bahwa perundungan adalah masalah serius yang dapat berdampak buruk pada korbannya. Penting bagi kita untuk saling mendukung dan melindungi satu sama lain, serta berani melawan segala bentuk perundungan.
Lampu panggung teater JKT48 menyala terang, menyorot para member yang berlatih dengan semangat. Di balik layar, Ria, adik dari kapten JKT48, Shani, setia menemani kakaknya. Senyum Ria terpancar, meski kakinya terasa nyeri. Beberapa hari sebelumnya, ia terjatuh saat menemani Shani latihan, meninggalkan bekas luka yang belum kering dan jahitan yang terbuka. Rasa sakit itu ia tahan demi tidak mengganggu latihan Shani. Namun, salah satu member yang melihat kondisi Ria, berbisik kepada Shani. Shani yang mendengarnya langsung menghampiri Ria, matanya penuh kekhawatiran. "Ria, kamu kenapa? Kenapa kamu nggak bilang?" tanyanya lembut. Ria mencoba mengelak, tak ingin membuat Shani khawatir. "Aku baik-baik aja, Kak," jawabnya, berusaha tersenyum. Shani tak percaya, ia terus mendesak Ria untuk jujur. Ria pun akhirnya mengakui rasa sakitnya, namun tetap berusaha menyembunyikan keparahannya. Shani, yang tak ingin mengambil risiko, meminta dua member lain untuk memegang Ria agar ia bisa memeriksa lukanya. Saat melihat jahitan yang terbuka dan darah yang mengucur, Ria langsung merasa lemas dan pingsan. Shani yang melihat Ria jatuh, dengan sigap menangkapnya sebelum tubuh Ria menyentuh lantai. Ia langsung memanggil staff untuk membawa bangku dan menenangkan Ria. Kejadian ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan persaudaraan antara Ria dan Shani. Ria, yang rela menahan rasa sakit demi kakaknya, dan Shani, yang begitu peduli dan sigap dalam menghadapi situasi darurat. Kesetiaan dan kekuatan mereka, yang terpancar di balik panggung, menjadi bukti nyata bahwa ikatan keluarga dan persahabatan mampu mengatasi segala rintangan.
Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, seruan untuk hidup sederhana terasa seperti angin segar. Ketua MPR RI, Ahmad Muzani, dalam pidato perdananya, mengingatkan para wakil rakyat untuk menjalani hidup sederhana sebagai pondasi kepemimpinan yang bermakna. Muzani menekankan bahwa hidup sederhana bukan berarti menjauhi kemajuan, melainkan sebuah prinsip moral yang berakar pada konstitusi. Hidup sederhana mengajarkan kita untuk menghargai apa yang telah dimiliki, memperkuat hubungan antar-sesama, dan menjaga keseimbangan dengan lingkungan. Bayangkan, jika para wakil rakyat mampu hidup sederhana, mereka akan lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting, seperti keluarga dan persahabatan. Mereka akan lebih peka terhadap kebutuhan rakyat dan mampu menjalankan tugas dengan penuh dedikasi. Hidup sederhana juga menjadi kunci untuk membangun kepercayaan rakyat. Dengan hidup sederhana, para wakil rakyat menunjukkan bahwa mereka tidak terjebak dalam kemewahan dan kesenangan duniawi, melainkan fokus pada tugas mulia untuk membangun bangsa. Di era digital yang serba cepat ini, hidup sederhana menjadi sebuah penyeimbang. Dengan hidup sederhana, kita dapat menemukan ketenangan dan kedamaian dalam diri, serta mampu melihat dunia dengan lebih jernih. Seruan hidup sederhana dari Ketua MPR RI ini bukan hanya untuk para wakil rakyat, tetapi juga untuk kita semua. Mari kita renungkan makna hidup sederhana dan bagaimana hal itu dapat membawa kita menuju kehidupan yang lebih bermakna.