Meniti Jalan Gelap, Mencari Cahaya **

essays-star 4 (213 suara)

Lembah air mata, begitulah rasanya. Setiap langkah terasa berat, setiap napas terasa sesak. Kegelapan menyelimuti, membuatku tersesat dan takut. Aku tak tahu jalan keluar, tak tahu arah yang harus kuambil. Rasa putus asa mencengkeram erat, membuatku tak berdaya. "Tuhan, pimpinanMu 'ku dambakan, 'ku tak dapat maju sendiri," bisikku dalam hati. Aku terpuruk, terjatuh dalam jurang keputusasaan. Rasa takut menggerogoti jiwaku, membuatku semakin lemah. Aku meraba-raba dalam kegelapan, berharap menemukan secercah cahaya. "‘Ku tiada tahu jalannya, Tuhan, Engkaulah yang mengerti," lirihku lagi. Di tengah kegelapan, aku teringat akan janji-Mu, Tuhan. Engkau selalu ada, selalu menyertai langkahku. Engkaulah sumber kekuatan dan harapan. "TerangMu halau ketakutan, 'ku tak dapat maju sendiri," ucapku dengan penuh harap. Aku bangkit, perlahan tapi pasti. Aku melangkah maju, meski rasa takut masih menghantui. Aku percaya, Engkau akan menuntun langkahku, menerangi jalanku yang gelap. Aku tahu, jalan ini tak akan mudah. Akan ada rintangan dan tantangan yang harus kuhadapi. Namun, aku tak akan menyerah. Aku akan terus melangkah, dengan keyakinan bahwa Engkau akan selalu menyertaiku. Penutup:** Di tengah lembah air mata, aku menemukan kekuatan baru. Aku menemukan cahaya di tengah kegelapan. Aku menemukan harapan di tengah keputusasaan. Aku tahu, dengan pertolongan-Mu, Tuhan, aku akan melewati lembah ini dan mencapai tujuan akhir.