Musim Giling 1937: Meriahnya Pesta dan Kegiatan di Pabrik Gula Pagotan

Pendahuluan: Musim giling 1937 di Pabrik Gula Pagotan adalah momen yang sangat dinantikan. Suasana meriah dipenuhi dengan jerit centil dan lirikan mata menggoda dari penari jathilan. Reog Singoyudan, yang sebelumnya membuka pesta, telah menjadi sorotan utama. Sebagai putri dari pimpinan reog, aku sering membantu persiapan sebelum pertunjukan dimulai. Bagian 1: Persiapan Pesta Suara gesekan roda lori dan loko uap yang keras mengiringi kedatangan para penari jathilan. Para mandor sibuk memerintah para kuli untuk membongkar muatan lori pengangkut tebu. Bocah-bocah yang berada di sekitar pabrik juga ikut berpartisipasi dengan mengumpulkan tebu yang tercecer. Mereka bertelanjang dada dan bersual goni, dengan semangat mengikuti lori yang mengular dari ujung-ujung kebun tebu hingga pintu masuk pabrik gula. Beberapa dari mereka sudah tidak sabar, mengunyah tebu muda di tempatnya, sementara yang lain bertahan dan mengempit batang-batang tebu di ketiak mereka sambil terus mengekor di belakang lori yang berjalan pelan. Mereka tidak akan berhenti hingga petugas pabrik menghalaunya. Jika sudah begitu, bocah-bocah akan buyar, berlarian menuju tepi sawah untuk mengerat tebu-tebu yang mereka dapatkan. Bagian 2: Pesta Awal Musim Giling Reog Singoyudan tampil memukau sebagai pembuka pesta. Suara kenong dan kempul berbunyi beriringan dengan suara slompret yang meliuk-liuk. Penonton memberikan tepukan dan seloroh nakal kepada penari jathilan. Aku, sebagai putri dari pimpinan reog, merasa bangga melihat penampilan mereka. Mereka menggoda penonton dengan gerakan-gerakan lincah dan lirikan mata yang menggoda. Suasana penuh semangat dan kegembiraan mengiringi pertunjukan ini. Bagian 3: Kegiatan di Pabrik Gula Para kuli bekerja keras untuk mengolah tebu menjadi gula. Suara decit nyaring dari roda lori dan loko uap terdengar di sekitar pabrik. Masinis dan pembantu pribumi mereka mengemudi dengan semangat, seolah mereka adalah penakluk ular raksasa, Si Baruklinting. Para mandor sibuk mencatat ini-itu, memerintah para kuli untuk membongkar muatan lori pengangkut tebu. Meskipun berat, mereka tetap bekerja dengan semangat dan kegigihan. Setiap langkah mereka diiringi dengan suara gesekan roda lori dan loko uap yang keras. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang bekerja di balik layar untuk memastikan produksi gula berjalan lancar. Kesimpulan: Musim giling 1937 di Pabrik Gula Pagotan adalah momen yang meriah dan penuh kegiatan. Pesta awal musim giling yang diawali oleh Reog Singoyudan menjadi sorotan utama. Para kuli bekerja keras untuk mengolah tebu menjadi gula, sementara bocah-bocah di sekitar pabrik ikut berpartisipasi dengan mengumpulkan tebu yang tercecer. Suasana penuh semangat dan kegembiraan mengiringi musim giling tahun ini. Semua orang bekerja dengan semangat dan kegigihan untuk memastikan produksi gula berjalan lancar. Musim giling 1937 adalah momen yang tidak akan terlupakan bagi semua yang terlibat dalam pesta dan kegiatan di Pabrik Gula Pagotan.