Rindu di Balik Sajak **

Di ujung cakrawala, mentari tenggelam perlahan, meninggalkan rona jingga yang memudar. Di sini, di rantau yang jauh, hatiku merindu. Merindukan hangat pelukanmu, Ibu, dan tawa ceria Bapak. Keringat membasahi kening, lelah menggerogoti tubuh. Namun, rindu ini menjadi penyemangat. Setiap langkahku, setiap tetes keringat, adalah bukti cintaku padamu. Ingatkah, Ibu, saat kau menenangkan tangisku dengan lagu pengantar tidur? Ingatkah, Bapak, saat kau mengajariku mengayuh sepeda? Kenangan itu, seperti bintang di langit malam, menerangi jalan hidupku. Di sini, di rantau yang jauh, aku belajar mandiri. Aku belajar menghadapi kerasnya hidup, belajar menghargai setiap detik waktu. Namun, di balik semua itu, rinduku tak pernah padam. Aku tahu, doa-doa kalian selalu menyertaiku. Doa yang tulus, yang menjadi kekuatan untukku melangkah. Suatu hari nanti, aku akan kembali. Aku akan memelukmu erat, Ibu, dan mencium tanganmu, Bapak. Aku akan menceritakan semua kisahku, semua pengalaman yang telah kutemui. Rindu ini, tak hanya sebuah rasa, tapi juga sebuah janji. Janji untuk kembali, untuk membahagiakan kalian, orang tua tersayang. Catatan:** Puisi ini menggambarkan kerinduan seorang anak terhadap orang tuanya yang berada di rantau. Rasa rindu ini menjadi penyemangat untuk meraih mimpi dan kembali membahagiakan orang tua.