Menjembatani Kesadaran Politik Melalui Wayang Kulit: LPP RRI Semarang dan Sosialisasi Pemilu **

Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI Semarang telah berhasil memanfaatkan seni tradisional wayang kulit sebagai media sosialisasi politik, khususnya dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemilu. Strategi ini terbukti efektif dalam menjangkau berbagai lapisan masyarakat, khususnya di Jawa Tengah, dengan memanfaatkan bahasa dan budaya lokal yang familiar. Meningkatkan Aksesibilitas Informasi: Penggunaan bahasa Jawa dan cerita wayang yang akrab bagi masyarakat Jawa Tengah menjadi kunci dalam menjembatani kesenjangan informasi. Format pagelaran wayang kulit yang menghibur dan menarik perhatian membuat masyarakat lebih tertarik untuk mengikuti dan menyerap informasi tentang pemilu. Hal ini sangat penting, mengingat tidak semua masyarakat memiliki akses mudah terhadap media massa konvensional. Meningkatkan Pemahaman tentang Persoalan Pemilu: Lakon wayang kulit, seperti "Wahyu Wakutarama", dapat memuat pesan moral tentang berbagai persoalan pemilu, seperti politik uang, kampanye hitam, dan pentingnya memilih pemimpin yang berintegritas. Cerita dalam wayang kulit juga dapat memberikan contoh konkret tentang dampak negatif dari perilaku politik yang tidak bertanggung jawab dan pentingnya memilih pemimpin yang baik. Diskusi dan interaksi yang tercipta selama pagelaran membuka ruang bagi masyarakat untuk bertanya dan mendapatkan penjelasan lebih lanjut tentang persoalan pemilu. Meningkatkan Pemahaman tentang Tahapan Pemilu: Cerita wayang dapat menyajikan penjelasan singkat dan jelas tentang tahapan pemilu, seperti pendaftaran calon, kampanye, dan hari pemungutan suara. Visualisasi yang menarik dalam wayang kulit membantu masyarakat memahami tahapan pemilu dengan lebih mudah. Dengan demikian, wayang kulit dapat membuat proses pemilu lebih dekat dan mudah dipahami oleh masyarakat, sehingga mereka lebih aktif berpartisipasi dalam pemilu. Membangun Kesadaran Politik: Pagelaran wayang kulit dapat membangkitkan rasa ingin tahu masyarakat tentang pemilu dan mendorong mereka untuk mencari informasi lebih lanjut. Dengan memahami persoalan dan tahapan pemilu, masyarakat lebih terdorong untuk berpartisipasi dalam pemilu, baik sebagai pemilih maupun sebagai calon pemimpin. Sosialisasi politik melalui wayang kulit membantu membangun masyarakat yang lebih demokratis dan berpartisipasi aktif dalam proses politik. Kesimpulan:** Metode sosialisasi politik melalui pagelaran wayang kulit memiliki potensi besar untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang berbagai bentuk persoalan pemilu dan tahapan pemilu. LPP RRI Semarang telah menunjukkan bahwa seni tradisional dapat menjadi alat yang efektif dalam membangun kesadaran politik dan mendorong partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi. Dengan memanfaatkan bahasa dan budaya lokal, wayang kulit mampu menjembatani kesenjangan informasi dan menjangkau masyarakat di berbagai lapisan, sehingga menciptakan masyarakat yang lebih berpengetahuan dan aktif dalam berdemokrasi.