Ria, Putri yang Hilang dalam Bayang-Bayang **

Matahari terik menyinari istana megah di Inggris. Di dalam, lima gadis muda, Shani, Gracia, Feni, Anin, dan Sisca, berkumpul di sekitar ranjang adik mereka, Ria. Wajah mereka dipenuhi kepedihan, air mata mengalir deras di pipi mereka. Ria, si bungsu, terbaring lemah, tubuhnya kurus dan pucat. Sudah berhari-hari ia menolak makanan, tubuhnya semakin lemas, dan akhirnya ia pingsan. "Ria, sayangku, bangunlah," lirih Shani, tangannya menggenggam erat tangan Ria. "Ibu Ratu sangat merindukanmu. Kami semua merindukanmu." Kelima kakak Ria bergantian membujuknya, memohon agar ia mau makan. Namun, Ria tetap terpejam, tak bereaksi. Rasa sedih dan khawatir mencengkeram hati mereka. Ria, gadis ceria yang selalu membawa keceriaan, kini terbaring lemah, seakan terjebak dalam mimpi buruk. Kabar buruk itu sampai ke telinga Ratu Elizabeth II, nenek Ria. Hati sang Ratu hancur mendengar kondisi cucunya. Ia segera memerintahkan para dokter terbaik untuk merawat Ria. Ambulans dengan pengawalan ketat meluncur cepat menuju rumah sakit, membawa Ria yang tak sadarkan diri. Di rumah sakit, para dokter bekerja keras untuk menyelamatkan Ria. Namun, kondisi Ria tetap tak kunjung membaik. Kelima kakaknya setia menunggui Ria, berharap keajaiban terjadi. Mereka bergantian membaca cerita, menyanyikan lagu, dan berbisik kata-kata penyemangat, berharap Ria dapat mendengarnya. "Ria, kami mohon, bangunlah," bisik Sisca, air matanya kembali mengalir. "Kami semua mencintaimu. Kami tak ingin kehilanganmu." Di tengah kesedihan yang menyelimuti mereka, sebuah harapan kecil muncul. Ria, si bungsu, putri yang hilang dalam bayang-bayang, perlahan membuka matanya. Sebuah senyuman tipis terukir di bibirnya, memberikan secercah cahaya di tengah kegelapan. Catatan:** Cerita ini menggambarkan kesedihan dan keprihatinan keluarga Ria atas kondisi Ria yang sakit. Cerita ini juga menunjukkan kasih sayang dan harapan yang tak pernah padam dari keluarga Ria.