Aroma Kue Jahe **

** Senja menyapa dengan lembut, menyelimuti rumah kecil di pinggiran kota dengan warna jingga kemerahan. Di dalam, aroma kue jahe yang baru matang memenuhi ruangan, bercampur dengan aroma kayu manis dan cengkeh yang hangat. Ibu, dengan rambut putihnya yang berkilauan di bawah cahaya lampu, sedang sibuk menata kue-kue jahe di atas piring porselen. Ayah, dengan senyum lebar di wajahnya, duduk di sofa, membaca koran. Sesekali, ia melirik ke arah Ibu, matanya berbinar penuh kasih sayang. Di dekatnya, adikku, yang masih kecil, asyik bermain dengan boneka kesayangannya. "Kue jahe Ibu selalu yang terbaik," ucap Ayah, sambil mengambil sepotong kue dan menggigitnya dengan nikmat. "Tentu saja, Ayah. Resep ini sudah turun temurun dari nenek," jawab Ibu, senyumnya merekah. Aku, yang duduk di dekat jendela, mengamati mereka dengan rasa syukur yang mendalam. Kehangatan keluarga, aroma kue jahe, dan senyum bahagia yang terpancar dari wajah mereka, adalah hal-hal yang tak ternilai harganya. Saat itu, aku menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukanlah sesuatu yang bisa dibeli dengan uang. Kebahagiaan sejati terletak pada cinta, kasih sayang, dan kebersamaan dalam keluarga. Kue jahe Ibu, dengan aroma dan rasanya yang khas, menjadi simbol dari kebahagiaan keluarga kami. Setiap gigitan kue jahe, mengingatkan aku pada momen-momen indah yang kami lalui bersama. Dan aku tahu, aroma kue jahe ini akan selalu terukir di hatiku, menjadi kenangan manis yang tak terlupakan.